Ketika negara kota itu merdeka pada 1965, setengah dari populasinya buta huruf.
Dengan hampir tidak ada sumber daya alam, Singapura berhasil bangkit melalui kerja keras dan kebijakan cerdas, menjadi salah satu tempat paling ramah bisnis di dunia.
Saat ini, Singapura adalah pusat perdagangan, manufaktur, dan keuangan yang berkembang pesat (bahkan yang terpenting 97 persen dari populasi orang dewasa sekarang melek huruf).
Tetapi bukan berarti bahwa mereka telah kebal dari efek penurunan global, pada kuartal kedua tahun ini ekonomi anjlok di tingkat 41 persen, menjatuhkan negara ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Baca juga: Mengenal Rabbit Haemorrhagic Disease yang Terdeteksi di Singapura
Bukan hanya Singapura, negara lain dari kawasan Asia Tenggara yang masuk jajaran terkaya di dunia, yakni Brunei Darussalam.
Negara yang dipimpin Sultan Hassanal Bolkiah ini ternyata memiliki kekayaan yang luar biasa.
Diketahui, kekayaan tersebut bersumber dari cadangan minyak dan gas alam.
Diperkirakan kekayaan itu mencapai sekitar 28 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 392 triliun.
Bahkan, kekayaan tersebut lebih dari 50 kali kekayaan Ratu Elizabeth di Inggris.
Baca juga: Saat Negara Kaya Minyak Kehabisan Uang...
Pertumbuhan negara di kawasan Eropa ini sepertinya tidak ada yang dapat menghalangi.
Sementara seluruh Eropa menghadapi semua jenis ketidakpastian seperti Brexit, ketegangan perdagangan dengan AS, krisis pengungsi dan migran, ekonomi Irlandia terus meningkat.
Irlandia berhasil menempati urutan ke-6 dengan PDB-PPP sebesar 83.399 dollar AS atau setara dengan Rp 1,1 miliar.
Pada 2019, sementara zona Euro tumbuh hanya 1,2 persen, Irlandia meningkat lebih dari 5,5 persen, mengkonsolidasikan perannya sebagai negara dengan pertumbuhan tercepat di benua itu.
Baca juga: Sejarah Tempe, Makanan Kaya Protein yang Lahir dari Era Tanam Paksa
Sejak penemuan cadangan lepas pantai yang besar pada akhir 1960-an, mesin ekonomi Norwegia telah digerakkan oleh minyak.
Sebagai salah satu penghasil minyak bumi terbesar di Eropa Barat, negara ini telah diuntungkan selama beberapa dekade dari kenaikan harga.
Tetapi tidak lagi setelah harga anjlok ditambah pandemi global terjadi, membuat ekonomi terjun bebas.
Saat ini, perekonomian yang bergantung pada ekspor ini menghadapi resesi pertamanya sejak krisis keuangan global. Apakah ini berarti bahwa kekayaannya akan berkurang secara signifikan?
Sepertinya tidak. Pada Juni, hanya beberapa minggu setelah memangkas suku bunga menjadi nol, gubernur bank sentral negara tersebut mengatakan dia terkejut dengan kecepatan dan kekuatan rebound ekonomi dalam produktivitas.
Baca juga: Sejarah Tempe, Makanan Kaya Protein yang Lahir dari Era Tanam Paksa
Pertanian, perikanan, dan mutiara perdagangan, dahulunya adalah andalan ekonomi negara ini. Kemudian minyak ditemukan pada 1950-an dan membuat segalanya berubah.