Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tempe, Makanan Kaya Protein yang Lahir dari Era Tanam Paksa

Kompas.com - 07/09/2019, 17:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.comTempe, makanan khas Indonesia yang terbuat dari hasil fermentasi biji kedelai menggunakan ragi. Makanan ini relatif mudah ditemukan di berbagai wilayah Indonesia, khususnya Jawa, dalam berbagai ragam penganan.

Misalnya gorengan dan sayur dalam berbagai olahan, bahkan saat ini penggunaan tempe sudah diinovasikan untuk sejumlah makanan modern, seperti bahan pembuatan brownis dan sebagainya.

Namun, tahukah Anda bahwa tempe merupakan bahan makanan yang muncul saat masyarakat Indonesia ketika itu ada berada di jaman penjajahan, khususnya di era Tanam Paksa?

Dikutip dari artikel Harian Kompas edisi15 Februari 2001, Sejarawan juga Budayawan Dr. Onghokham pernah menuliskan masyarakat Jawa pada era tanam paksa penjajahan Belanda di abad ke-19, terpaksa mengonsumsi tempe yang tidak sengaja mereka temukan sebagai penyelamat kesehatan penduduk.

Baca juga: Kandungan Protein dalam Tempe dan Kacang Melebihi Telur

Seperti kita tahu, tempe yang terbuat dari kedelai ini mengandung protein nabati yang tinggi.

Meski diduga diciptakan secara tidak sengaja, namun penemuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak diketahui hingga saat ini, telah membawa banyak banyak pengaruh di dunia kuliner nasional bahkan internasional.

Pengrajin membuat tempe di kawasani pabrik tahu dan tempe Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (19/9/2018). Pengrajin tempe dan tahu  mengadu terkait kenaikan dolar yang hampir menyentuh angka Rp 15.000 ke hadapan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Pengrajin membuat tempe di kawasani pabrik tahu dan tempe Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (19/9/2018). Pengrajin tempe dan tahu mengadu terkait kenaikan dolar yang hampir menyentuh angka Rp 15.000 ke hadapan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

Dituliskan oleh Onghokham, awalnya masyarakat biasa mendapatkan bahan makanan dari kegiatan berburu, beternak, atau memancing. Asupan masyarakat Jawa pada tahun 1810-an pun disebut masih didominasi oleh bahan makanan hewani.

Masyarakat beternak ayam, kambing, memanfaatkan buah kelapa atau sayur-sayuran yang ada di sekitar rumah untuk diolah menjadi kudapan penuh gizi.

Namun, semakin menciutnya hutan yang berganti menjadi kebun milik Belanda memicu program tanam paksa yang menjadikan masyarakat sebagai kuli ini menyita waktu mereka untuk melakukan kegiatan yang sebelumnya kerap mereka lakukan.

Hal itu pun berdampak pada cara mereka memperoleh bahan makanan dan pola asupannnya.

Masyarakat tak lagi banyak mendapatkan protein dari bahan makanan daging atau yang bersifat hewani lainnya.

Baca juga: Berkat Tempe, Mahasiswa Indonesia Pikat Investor Swedia

Dalam Encyclopedia van Nederlandsch Indie (1992), tempe disebut sebagai kue yang terbuat dari kacang kedelai dan merupakan makanan rakyat (volk’s voedsel).

Proses pembuatan tempe hingga saat ini masih berjalan dengan begitu tradisional, dengan diinjak-injak oleh kaum laki-laki, dan dicuci di air yang mengalir. Maka dari itu, banyak pabrik tahu atau juga tempe yang terletak di sekitar aliran sungai.

Proses pembuatan ini begitu serupa dengan proses pembuatan anggur yang juga dilakukan oleh kaum laki-laki. Hal yang membedakan hanyalah perkembangan pengolahannya di hari ini.

Anggur sudah diproduksi dengan cara yang modern dan melibatkan kecanggihan teknologi.

Burger tempe, kuliner yang disajikan dalam acara Kaum X Arumdalu selama sebulan di Kaum Resto, Sudirman, Jakarta, Selasa (18/9/2018).KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Burger tempe, kuliner yang disajikan dalam acara Kaum X Arumdalu selama sebulan di Kaum Resto, Sudirman, Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Meskipun semula menjadi makanan rakyat di bawah masa kolonialisme, namun hari ini keberadaan tempe telah diakui oleh berbagai kalangan dari belahan dunia lain.

Tempe dengan kandungan proteinnya kerap kali dimanfaatkan oleh mereka pelaku hidup vegan untuk menggantikan daging dalam menu makanan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com