Gula darah
Selama seseorang berpuasa Tan menjelaskan gula darah turun secara bertahap dan perlahan sejak imsak hingga tiba waktu berbuka.
Untuk itu, cara menaikkan kembali gula darah tersebut pun harus dilakukan dengan perlahan-lahan dan tidak boleh 'dihajar' dalam sekali waktu.
"Makanya, takjil enggak usah kayak pesta seserahan. Semua jajanan dihajar. (Kalau didadak dan kalap) insulin ikut naik, lalu simpan si gula dalam lemak. Alamak! Jadi puasa bukan membawa manfaat tapi membawa sengsara di badan," ujarnya.
Mengapa orang puasa mudah lemas?
Salah satu hal yang banyak dikeluhkan oleh orang-orang yang menjalani puasa adalah tubuh merasa lemah.
Menurut dr. Tan, lemas bisa disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis.
"Fisiologis, (disebabkan) makanannya secara kalori kurang atau secara kualitas buruk. Orang terutama mudah terjebak dengan yang kualitasnya buruk," ucap Tan.
Kualitas buruk yang dimaksud, misalnya dengan banyak mengkonsumsi berbagai jenis karbohidrat saat makan sahur, seperti nasi putih, makanan berbahan dasar tepung, atau yang bergula tinggi.
Baca juga: Peneliti DIY Sebut Kasus Covid-19 di Indonesia Melandai Pertengahan Ramadhan
Jenis makanan ini diharapkan bisa memberi energi yang cukup hingga tiba waktu berbuka puasa. Faktanya justru sebaliknya.
Sehingga saat sahur makan berbagai jenis karbo yang diharapkan menjadi sumber tenaga. Tapi ternyata karbohidrat dengan kualitas buruk-rafinasi seperti tepung, bergula tinggi dan cepat dicerna menjadi gula.
"Dalam waktu 2 jam semua yang di lambung sudah hilang, berubah jadi gula darah. Jadi jam 8 pagi saja sudah kayak layangan putus," ungkapnya.
Apalagi menurut Tan, jika yang dikonsumsi adalah makanan-makanan dengan kandungan karbo buruk yang berupa makanan kemasan atau pangan ultra proses.
Lalu bagaimana tetap bertenaga selama puasa?
Untuk menjaga kandungan energi dalam tubuh sehingga tak lagi merasa lemas saat berpuasa, ada beberapa hal yang bisa dilakukan kaitannya dengan asupan makanan.