Dengan kata lain, para Romusha tidak hanya bekerja di wilayah atau negaranya sendiri, melainkan juga dikirim ke negara-negara yang diduduki Jepang melalui Romukyokai.
Baca juga: Mengapa Jepang Menyebut Romusha sebagai Pahlawan Pekerja?
Para Romusha yang direkrut oleh Romukyokai sering kali diperlakukan tidak adil oleh pemerintah Jepang.
Di tempat kerja, mereka kerap tidak diperbolehkan untuk mengambil libur kerja.
Pada 1942 misalnya, ketika para pekerja tambang minyak di Pulau Sambu tidak diperbolehkan mengambil cuti kerja saat lebaran.
Bahkan, para Romusha juga mendapatkan hukuman dari mandor atau para Heiho yang mengawasi mereka bekerja.
Tidak sedikit pula Romusha yang dibiarkan kelaparan karena makanan yang diberikan tidak cukup untuk mereka.
Beragam bentuk kekejaman dan serangan penyakit menyebabkan angka kematian Romusha tinggi.
Referensi: