Kemudian salah satu dari mereka pergi ke tempat Jenderal Mallaby berada dan langsung menembaknya.
Lebih lanjut, dalam Artikel 8, Abdulgani menyampaikan cerita dari hasil wawancaranya dengan Kundan dan Muhammad, dua penduduk di Surabaya yang berada di tempat kejadian hari itu.
Kundan mengatakan bahwa pada saat itu ia sedang berdiri di dekat mobil milik Jenderal Mallaby saat ia mendengar Mallaby memerintahkan Kapten Shaw pergi untuk masuk ke dalam gedung, tunggu selama 10 menit, dan jika kerusuhan belum mereda, mereka diperbolehkan untuk menembak.
Menurut penuturan Kundan, pada saat itu Kapten Shaw menanggapi perintah Mallaby dengan mengatakan bahwa kondisi ini akan sangat berbahaya bagi Jenderal Mallaby.
Namun, Jenderal Mallaby tetap mempertahankan perintahnya dengan alasan tidak mau menyerah kepada penduduk Surabaya.
Akan tetapi, versi ini ditentang oleh laporan yang ditulis Kapten Smith.
Dalam laporannya yang ditulis tanggal 20 Februari 1974, dikatakan bahwa ia tidak pernah mendengar perintah tersebut.
Pasalnya, menurut laporan yang dibuat Kapten Smith, pada waktu itu Jenderal Mallaby meminta agar penduduk Surabaya bersedia untuk menyerahkan senjata mereka dan menghentikan serangan.
Baca juga: Tewasnya AWS Mallaby
Kapten Smith tidak pernah mendengar Jenderal Mallaby memerintah pasukannya untuk menembak.
Namun, terlepas dari beragam versi yang mencuat, sampai saat ini, siapa pembunuh Jenderal Mallaby masih menjadi misteri.
Kabarnya, identitas sang pelaku hanya diketahui oleh sejumlah tokoh republik papan atas, seperti Doel Arnowo dan Roeslan Abdulgani.
Pada 1970, Doel Arnowo pernah mengatakan bahwa pembunuh Jenderal Mallaby adalah seorang republikan muda, tetapi namanya tidak disebutkan.
Namun, berpuluh-puluh tahun kemudian, mencuat sebuah kabar dari seorang warga setempat bernama Muhammad Chotib, membeberkan cerita bahwa mendiang ayahnya, Abdul Aziz alias Endog adalah pembunuh Jenderal Mallaby.
Hal serupa juga dikatakan oleh seorang sejarawan lokal Surabaya bernama Ady Erlianto.
Kemungkinan Abdul Aziz sebagai pembunuh Jenderal Mallaby tinggi, karena klaim tersebut juga didukung oleh kesaksian terakhir yang berada di lokasi pembunuhan, seorang jurnalis Republik keturunan Arab bernama Amak Altuwy.
Akan tetapi, berita ini masih belum bisa dipastikan kebenarannya.
Referensi: