KOMPAS.com - Perang gerilya adalah taktik untuk berperang dengan bersembunyi dan berpindah tempat secara cepat dan senyap, yang sangat efektif dalam menipu dan mengelabui musuh.
Tujuan dari taktik perang gerilya adalah untuk menipu dan mengelabui musuh memecah konsentrasi musuh.
Taktik yang digunakan dalam perang gerilya umumnya meliputi pengadangan, tindakan sabotase, penyergapan, dan terus berpindah-pindah.
Walaupun perang gerilya hanya bersifat defensif dan menghindari konfrontasi langsung dengan pasukan musuh yang besar, strategi ini cukup efisien untuk memeras tenaga musuh.
Berikut ini sejarah perang gerilya dan contoh perang gerilya yang pernah terjadi di Indonesia.
Baca juga: Keberhasilan Perang Gerilya di Indonesia
Melansir laman Kemdikbud, istilah perang gerilya berasal dari bahasa Spanyol, guerra de guerrillas, yang artinya perang kecil.
Istilah guerra merujuk pada perang yang dilakukan oleh kelompok kecil, biasanya terdiri dari 5, 10, atau 15 orang.
Meski istilah perang gerilya baru dipopulerkan pada sekitar abad ke-19, diperkirakan, taktik ini sebenarnya telah digunakan oleh suku-suku dari zaman praaksara ketika berperang.
Catatan tertua mengenai taktik perang gerilya ditemukan pada abad ke-6 SM, dalam The Art of War karya seorang jenderal dan ahli strategi dari China bernama Sun Tzu.
Taktik perang gerilya juga digunakan oleh seorang jenderal Republik Romawi, Quintus Fabius Maximus pada 217 SM.
Quintus Fabius Maximus kerap disebut sebagai Bapak Perang Gerilya, setelah menyusun berbagai taktik perang gerilya untuk mengalahkan Jendral Kartago, Hannibal Barca.
Pada perkembangannya, taktik gerilya digunakan dalam berbagai peperangan di dunia, khususnya dalam gerakan revolusioner dan perlawanan rakyat terhadap tentara pendudukan.
Istilah perang gerilya kemudian tercipta dalam Perang Kemerdekaan Spanyol pada abad ke-19.
Baca juga: Perang Padri, Perang Saudara yang Berujung Melawan Belanda
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda banyak dilakukan dengan strategi perang gerilya.
Salah satu alasannya, strategi ini cocok digunakan di medan perang seperti Indonesia yang memiliki hutan luas dan pegunungan.