Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Berdarah di Kerajaan Demak

Kompas.com - 25/04/2024, 15:00 WIB
Ini Tanjung Tani,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Sebelum runtuh, Kerajaan Demak pernah mengalami konflik berdarah akibat perebutan kekuasaan.

Latar belakang terjadinya perebutan kekuasaan Kerajaan Demak yang berujung pada perang saudara adalah adanya dendam.

Perang saudara menjadi penyebab hancurnya Kerajaan Demak pada akhir abad ke-16.

Berikut kronologi konflik berdarah yang terjadi di Kerajaan Demak.

Baca juga: Kondisi Perekonomian Kerajaan Demak

Sengketa Pengangkatan Sunan Prawoto

Satu hal yang menyebabkan terjadinya kekacauan hebat di Keraton Demak adalah adanya dendam.

Konflik yang terjadi di Kerajaan Demak dimulai sejak Sultan Trenggono wafat dalam upayanya menaklukkan wilayah Jawa Timur pada 1546.

Setelah Sultan Trenggono wafat, terjadi kekosongan kekuasaan di Kerajaan Demak.

Kekosongan kekuasaan dimanfaatkan oleh anak sulung Sultan Trenggono, yaitu Sunan Prawoto, untuk menggantikan sang ayah.

Sunan Prawoto, sebagai keturunan langsung dari Sultan Trenggono, naik takhta atas persetujuan Sunan Giri.

Sunan Prawoto menjadi raja Demak dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Jiem Boen-ningrat IV.

Ia memiliki keinginan untuk mengislamkan seluruh Jawa dan menjadikan Kerajaan Demak perkasa seperti Turki Utsmani.

Namun, selama memimpin Demak, Sunan Prawoto dinilai tidak melakukan langkah nyata untuk mencapai cita-citanya.

Ia terlalu fokus pada urusan agama daripada membenahi urusan politik kerajaan, hingga banyak wilayah Demak yang melepaskan diri, seperti Cirebon, Banten, Surabaya, dan Gresik.

Baca juga: Mengapa Kerajaan Demak Tergolong dalam Kerajaan Agraris dan Maritim?

Balas Dendam Arya Penangsang

Saat Sunan Prawoto naik takhta, sepupunya yang bernama Arya Penangsang, merasa tidak terima.

Arya Penangsang adalah putra dari Pangeran Surowiyoto atau Raden Kinkin atau Pangeran Sekar alias Pangeran Sekar Seda Lepen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com