KOMPAS.com – Indonesia memasuki babak baru setelah merdeka pada 17 Agustus 1945.
Pascakemerdekaan, Indonesia dipimpin oleh Presiden Soekarno dan era itu dikenal sebagai Orde Lama.
Istilah Orde Lama sebetulnya baru dimunculkan saat Indonesia dipimpin Soeharto dalam Orde Baru-nya.
Orde Lama dipakai Soeharto untuk merujuk pada masa pemerintahan Soekarno di Indonesia.
Adapun era Orde Lama berlangsung selama kurang lebih 22 tahun, sejak 1945 hingga 1966.
Berikut ini sejarah Orde Lama di Indonesia.
Baca juga: Penerapan Pancasila pada Masa Orde Lama
Lahirnya Orde Lama masih sangat berkaitan dengan peristiwa proklamasi yang menjadi penanda kemerdekaan Indonesia dari tangan para penjajah.
Seperti yang diketahui, proklamasi kemerdekaan Indonesia akhirnya terselenggara setelah Soekarno dan Mohammad Hatta bersedia menuruti permintaan golongan pemuda ketika mereka diculik ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Setelah setuju, Soekarno-Hatta segera dibawa kembali ke Jakarta dan menyusun naskah proklamasi di kediaman Laksamana Maeda.
Keesokan harinya, tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno menggelar acara pembacaan naskah proklamasi yang kemudian disusul dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih di rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
Kemudian, pada 18 Agustus 1945, secara aklamasi Soekarno dan Mohammad Hatta dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.
Masa kepemimpinan Soekarno-Hatta disebut dengan era Orde Lama, yang berlangsung sejak 1945-1966.
Baca juga: Tokoh yang Mengusulkan Teks Proklamasi Ditandatangani Soekarno-Hatta
Selama memimpin Indonesia pada era Orde Lama, Presiden Soekarno sudah menerapkan beberapa kebijakan, di antaranya:
Pada 1961, Presiden Soekarno mengeluarkan Tiga Komando Rakyat (Trikora), yang berisi:
Dengan dikeluarkannya Trikora maka Presiden Soekarno tidak lagi mengupayakan pembebasan Irian Barat secara diplomasi kepada Belanda.
Indonesia sudah siap dengan segala risiko yang akan terjadi.
Cara ini dilakukan Soekarno karena Belanda tidak mau membicarakan mengenai kedudukan Irian Barat.
Pada 2 Januari 1962, dibentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat.
Singkat cerita, pembebasan Irian Barat juga melibatkan Amerika Serikat yang mendesak Belanda agar segera menyelesaikan sengketa guna mengantisipasi terjadinya peperangan.
Akhirnya, pada 15 Agustus 1962, ditandatanganilah perjanjian New York antara Indonesia dan Belanda.
Salah satu isi perjanjian New York adalah penyelenggaraan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).
Dalam perjanjian itu, rakyat Papua diminta memberi suara apakah ingin menjadi bagian dari Indonesia atau Belanda.
Hasilnya, Irian Barat resmi menjadi bagian wilayah dari Indonesia pada 1963.
Baca juga: Trikora: Pembebasan Irian Barat
Proyek Mercusuar Soekarno adalah pembangunan ibu kota agar mendapat perhatian dari luar negeri.
Proyek ini dibangun dengan tujuan agar dapat memfasilitasi Ganefo (Games of the New emerging Forces) sebagai tandingan Olimpiade serta untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah negara yang besar.
Dalam Proyek Mercusuar, Soekarno melaksanakan enam proyek yang ia bangun, yakni:
Sayangnya, proyek ini membuat perekonomian Indonesia memburuk karena adanya pembengkakan biaya.
Baca juga: Proyek Mercusuar Soekarno
Nasakom adalah kepanjangan dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme.
Konsep ini berlaku di Indonesia tahun 1959, pada masa Demokrasi Terpimpin hingga era Orde Baru.
Alasan Soekarno menggagas konsep Nasakom adalah sebagai upaya untuk menyatukan perbedaan ideologi politik.
Setelah dibentuk, Nasakom mulai dikampanyekan hingga ke kancah internasional, seperti dalam Sidang Umum PBB di New York pada 30 September 1960.
Akan tetapi, sekeras apa pun Soekarno memperluas gagasan Nasakom, pada akhirnya konsep ini kandas.
Kandasnya Nasakom diakibatkan oleh hilangnya pamor PKI akibat G30S.
Baca juga: Nasakom, Konsep Kesatuan Politik ala Soekarno
Selanjutnya ada Manipol Usdek yang merupakan akronim dari Manifestasi Politik Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia.
Manipol USDEK adalah doktrin politik yang digagas oleh Soekarno yang berawal dari pidato yang ia sampaikan pada 17 Agustus 1959.
Munculnya Manipol USDEK didorong oleh kondisi Indonesia setelah pemilu 1955 yang waktu itu masih belum menghasilkan apa pun.
Persaingan antarpolitik masih sangat terasa dan keadaan ekonomi juga mengalami kemerosotan.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong Soekarno membentuk Manipol USDEK yang menjadi rumusan Garis-garis Besar Haluan Negara terakhir di era Orde Lama.
Baca juga: Manipol USDEK: Latar Belakang dan Isinya
Sayangnya, pada Orde Lama cukup banyak terjadi penyimpangan aturan yang tidak sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila.
Adapun beberapa penyimpangan yang terjadi pada era Orde Lama adalah sebagai berikut:
Kurang lebih kebijakan-kebijakan ini pula yang mendorong timbulnya pemberontakan dari masyarakat Indonesia, terutama setelah Indonesia mengalami inflasi hingga 600 persen pada 1966.
Baca juga: Jenis-jenis Inflasi
Orde Lama mulai mengalami kekacauan setelah terjadinya peristiwa Gerakan 30 September atau G30S pada 30 September hingga 1 Oktober 1965.
G30S adalah peristiwa pembunuhan terhadap tujuh jenderal TNI.
Tentara pun menuding PKI yang menjadi dalang di balik peristiwa tersebut.
Para pemuda anti-komunisme pun kemudian melakukan unjuk rasa kepada Soekarno agar segera membubarkan PKI. Namun, Soekarno belum mengambil tindakan.
Kondisi negara pun semakin ricuh karena aksi demonstrasi terus-menerus terjadi.
Melihat situasi tersebut, Soeharto selaku Menteri/Panglima Angkatan Darat meminta Presiden Soekarno memberi surat perintah untuk mengatasi kekacauan.
Kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar pada 11 Maret 1966 yang ditandatangani oleh Soekarno.
Begitu Supersemar keluar, Soeharto langsung menindaktegas PKI dan para anteknya.
Seiring berjalannya waktu, pemerintahan kian lama kian dikuasai oleh Soeharto.
Pada akhirnya, masa jabatan Soekarno sebagai Presiden Indonesia selesai pada 22 Februari 1967, yang juga menandakan beralihnya era Orde Lama ke Orde Baru dengan dipimpin oleh Presiden Soeharto (1968-1998).
Referensi: