Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latar Belakang Pemberontakan Petani Banten 1888

Kompas.com - 05/03/2024, 21:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Pemberontakan Petani Banten yang terjadi pada tahun 1888 merupakan perlawanan yang dilakukan para petani di Cilegon, Banten, kepada pejabat kolonial Belanda.

Pemberontakan yang dilancarkan pada 9 Juli 1888 ini juga dikenal sebagai peristiwa Geger Cilegon.

Lantas, apa penyebab Pemberontakan Petani Banten 1888?

Baca juga: Geger Cilegon 1888: Latar Belakang dan Jalannya Perang

Latar belakang Pemberontakan Petani Banten

Latar belakang pecahnya Pemberontakan Petani Banten 1888 adalah kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahun 1882-1884, penduduk Serang dan Anyer mengalami dua bencana berturut-turut, yakni kelaparan dan wabah penyakit sampar pada hewan ternak.

Bencana tersebut dipicu oleh musim kemarau berkepanjangan yang menyebabkan gagal panen dan munculnya wabah pes.

Dalam upaya mengatasi krisis tersebut, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan perintah untuk memusnahkan seluruh ternak, termasuk yang tidak terjangkit penyakit.

Tindakan ini menimbulkan kemarahan rakyat terhadap pemerintah Belanda, yang dianggap telah bertindak kejam dan sewenang-wenang.

Bagi para petani, ternak bukan hanya sebagai sumber penghasilan, tetapi juga sahabat yang membantu dalam pekerjaan di ladang.

Akibat pembantaian ternak dalam jumlah yang besar, tidak semua dapat dikuburkan dengan benar, yang membuat bangkainya tersebar di mana-mana dan menjadi sumber penyakit baru bagi penduduk.

Baca juga: Latar Belakang Peristiwa Geger Pacinan

Kesengsaraan rakyat bertambah ketika Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883 dan memakan banyak korban jiwa.

Pemerintah kolonial Belanda memperparah kesengsaraan rakyat dengan memberlakukan pemungutan beragam pajak, seperti pajak tanah pertanian, pajak perdagangan, pajak perahu, pajak pasar, dan pajak jiwa, yang besarnya di luar kemampuan penduduk.

Bahkan, dalam praktiknya terjadi kecurangan pegawai pemungut pajak, yang membuat rakyat semakin resah dan membeci penjajah.

Faktor agama turut mewarnai latar belakang terjadinya Pemberontakan Petani Banten 1888.

Akibat penderitaan tersebut, rakyat yang percaya takhayul mulai memberi sesajen di pohon kepuh besar yang dikeramatkan supaya permohonan mereka untuk memusnahkan segala macam bencana dapat terkabul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com