KOMPAS.com - Gerakan Darul Islam (DI) adalah gerakan politik yang bertujuan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).
Gerakan DI mempunyai pasukan yang disebut Tentara Islam Indonesia (TII), yang kemudian melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia.
Oleh karena itu, gerakan pemberontakannya disebut dengan Pemberontakan DI/TII.
Pemberontakan DI/TII pertama kali meletus di daerah Jawa Barat, kemudian merambat ke beberapa wilayah Indonesia.
Pemberontakan DI/TII terjadi di lima daerah, di antaranya:
Berikut ini tokoh Pemberontakan DI/TII dari masing-masing wilayah.
Baca juga: Di Mana Pemberontakan DI/TII oleh Kesatuan Rakyat yang Tertindas?
Pemberontakan DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, atau lebih akrab dipanggil Kartosoewirjo.
Kartosoewirjo tidak hanya dikenal sebagai pelopor dan pemimpin DI/TII Jawa Barat, tetapi juga didaulat menjadi pemimpin tertinggi dari Negara Islam Indonesia.
Kartosoewirjo memimpin pemberontakkan pada 7 Agustus 1949. Latar belakang Pemberontakan DI/TII Jawa Barat adalah ketidakpuasan terhadap pemerintah Indonesia atas Perjanjian Renville, yang dinilai tidak dapat melindungi wilayah Jawa Barat.
Sebagai respons, ia ingin mendirikan negara Islam dengan nama Negara Islam Indonesia (NII).
Operasi Pagar Betis dilancarkan pemerintah untuk mengatasi pemberontakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh Kartosoewirjo.
Pada 4 Juni 1962, Kartosoewirjo akhirnya ditangkap oleh pemimpin Kompi C Batalyon 328 Kujang II/Siliwangi, Letda Suhanda.
Baca juga: Operasi Pagar Betis, Upaya Penumpasan DI/TII di Jawa Barat
Sama seperti DI/TII Jawa Barat, pemberontakan di Jawa Tengah juga dilatarbelakangi oleh kekecewaan terhadap pemerintah Indonesia atas Perjanjian Renville, yang dinilai merugikan pihak Indonesia.
Alhasil, Amir Fatah memilih untuk bergabung dengan NII pada 23 Agustus 1949.