Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tokoh Pemberontakan DI/TII

Kompas.com - 15/04/2024, 17:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

DI/TII pimpinan Amir Fatah beroperasi di daerah Brebes dan Tegal. Untuk melemahkan kekuatan para tentara Amir Fatah, tentara Indonesia membentuk Gerakan Banteng Nasional (GBN).

Pada 22 Desember 1950, Amir Fatah dan para pengikutnya akhirnya dibekuk dan dipenjara.

Baca juga: Perbedaan Latar Belakang Pemberontakan DI/TII Jawa Barat dan Aceh

Abdul Kahar Muzakkar

Abdul Kahar Muzakkar merupakan pemimpin DI/TII Sulawesi Selatan.

Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan disebabkan oleh kekecewaan Kahar Muzakkar atas keputusan pemerintah Indonesia yang menolak semua anggota Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) untuk masuk ke Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

Menurut kebijaksanaan Pemerintah Indonesia, untuk masuk sebagai anggota APRI harus melalui seleksi.

Merasa perjuangannya dan rekan-rekannya untuk tanah air tidak dihargai, Kahar Muzakkar menyatakan menggabungkan kekuatannya dengan gerakan DI/TII pimpinan Kartosoewirjo di Jawa Barat pada 7 Agustus 1953.

Setelah menjadi bagian dari gerakan DI/TII, Kahar Muzakkar diangkat sebagai Panglima Divisi IV TII (Divisi Hasanuddin).

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan berakhir ketika Kahar Muzakkar tewas ditembak dalam sebuah penyergapan di dalam hutan pada 1965.

Baca juga: Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan

Ibnu Hadjar

Ibnu Hadjar, pemimpin pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan30 Tahun Indonesia Merdeka (1945-1955) Ibnu Hadjar, pemimpin pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII yang menamai pasukannya Kesatuan Rakyat yang Terindas adalah gerakan DI/TII di daerah Kalimantan Selatan.

Pemimpin DI/TII Kalimantan Selatan bernama Ibnu Hadjar, seorang Letnan Dua Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pemicu pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan adalah kekecewaan Ibnu Hadjar terhadap reorganisasi TNI, terutama terkait ALRIS Divisi IV, unit di mana ia bertugas.

Reorganisasi tersebut menyebabkan beberapa anggota ALRIS Divisi IV diberhentikan karena dianggap tidak memenuhi syarat.

Ibnu Hadjar kemudian membentuk gerakan Kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) dan menyatakan gerakannya sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwirjo.

Realisasi gerakannya dilakukan pada Oktober 1950, dengan melakukan serangan terhadap pos-pos APRIS di Kalimantan Selatan.

Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan dapat ditumpas pada akhir 1959. Sedangkan Ibnu Hadjar dan sisa-sisa pasukannya baru menyerah pada Juli 1963.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com