Setelah memilih, para perampok melepas Sunan Kalijaga dan para punggawanya untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Begitu Sunan Kalijaga pergi, para perampok membuka grobog pilihan mereka.
Namun, begitu grobog tersebut dibuka, ternyata grobog yang mereka pilih kosong.
Bango Mampang pun merasa sangat marah dan meninggalkan grobog tersebut dan kembali meminta grobog lain yang lebih berat.
Baca juga: Sunan Kudus, Menghormati Ajaran Hindu
Setelah Sunan Kalijaga kembali memberikan grobog lain, kali ini Bango Mampang dan anak buahnya tidak kuat mengangkatnya.
Bango yang merasa dipermainkan kalap hingga tidak dapat dikendalikan.
Sunan Kalijaga dibabat dengan pedang oleh Bango Mampang.
Namun, saat Bango berkali-kali mencoba melukai Sunan Kalijaga, ia tetap tidak bisa dan justru semakin terpuruk.
Pada akhirnya, Bango Mampang dan Sunan Kalijaga melakukan kesepakatan damai.
Sunan Kalijaga dan para punggawanya kembali melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di Demak Bintoro, anak buah Sunan Kalijaga baru teringat akan grobog kosong yang tertinggal di daerah Kendeng.
Sunan Kalijaga pun mengatakan agar grobog kosong itu dibiarkan saja. Dari grobog yang tertinggal inilah maka lahir nama Grobogan.
Artikel ini telah tayang di grobogan.go.id dengan judul "Kabupaten Grobogan di Awal Sejarah".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.