Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/08/2022, 19:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Ketika hujan turun, Anda mungkin pernah mencoba menjulurkan lidah untuk menangkap rintikan air yang jatuh, di mana rasanya mirip seperti air biasa. Namun, amankah minum air hujan secara langsung bagi kesehatan?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), ada sejumlah kontaminan yang dapat menempel pada air hujan seperti bakteri, virus, parasit, debu, partikel asap serta zat kimia lainnya.

Air hujan yang jatuh dari atap juga bisa mengandung kotoran burung, bahkan asbes, timah, dan tembaga bila atap atau pipa pembuangan sudah tua.

Selain itu, air hujan yang disimpan dalam wadah terbuka mungkin akan penuh dengan serangga dan bahan organik yang membusuk seperti daun mati.

Untuk alasan ini, CDC menyarankan agar tidak mengumpulkan maupun meminum air hujan tetapi merekomendasikan untuk menggunakannya sebagai tujuan lain, seperti menyiram tanaman.

Baca juga: Air Minum Dalam Kemasan Berpotensi Mengandung BPA, BPOM Wajibkan Aturan Pelabelan

Dilansir dari Live Science, Minggu (21/8/2022) tingkat kontaminan dapat sangat bervariasi di setiap wilayah. Risiko penyakit pun bergantung pada seberapa banyak air hujan yang diminum.

Dalam studi tentang apakah air hujan aman diminum, yang dipublikasikan pada Agustus 2022 di jurnal Environmental Science & Technology, para peneliti menemukan air hujan di seluruh dunia memiliki konsentrasi PFAS beracun yang melebihi batas pedoman kesehatan.

Temuan ini menunjukkan, bahwa air hujan jelas tidak aman untuk diminum terutama saat tidak diolah atau dibersihkan.

Apa itu PFAS pada air hujan?

Perfluorinated alkylated substances atau PFAS adalah istilah untuk lebih dari 1.400 bahan kimia dan zat buatan manusia yang telah digunakan untuk berbagai produk, termasuk tekstil, peralatan masak antilengket, kemasan makanan, rumput sintetis hingga senar gitar.

Ahli kimia lingkungan dari Stockholm University di Swedia sekaligus penulis studi, Ian Cousins mengatakan penelitian sebelumnya tentang amankah minum air hujan, telah menemukan bahan kimia ini sangat beracun dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Baca juga: Pengasaman Air Laut dan Dampaknya

Ilustrasi air keran, mengambil air dari keran. SHUTTERSTOCK/SONSART Ilustrasi air keran, mengambil air dari keran.

Di antaranya termasuk berbagai jenis kanker, infertilitas, komplikasi kehamilan, masalah perkembangan, kondisi sistem kekebalan tubuh, penyakit usus, hati dan tiroid, serta berpotensi menurunkan efektivitas vaksin pada anak-anak.

"PFAS (bahan kimia dalam air hujan) juga cenderung menyebabkan kerusakan tambahan pada lingkungan, tetapi hal ini belum dipelajari secara rinci," ungkapnya.

Dia menambahkan, risiko-risiko tersebut menyebabkan PFAA (perfluorinated alkyl acids) serta sebagian besar PFAS lainnya dilarang atau sangat dibatasi dalam 20 hingga 30 tahun terakhir, kecuali di China dan beberapa negara Asia lainnya.

"PFAS tidak mudah rusak, yang berarti mereka tetap berada di lingkungan (dalam waktu) lama setelah diproduksi dan sama beracunnya. Hal ini menyebabkan para ilmuwan menjuluki PFAS sebagai 'bahan kimia selamanya'," kata Cousins.

Tingginya kandungan zat kimia dalam air hujan

Dalam studi tersebut, para peneliti mengumpulkan data dari sampel air hujan yang dikumpulkan di seluruh dunia.

 

Baca juga: Waspadai, Mandi Air Hangat Setelah Makan Bisa Memicu Gangguan Pencernaan

Kemudian, menemukan kandungan PFAS masih sangat tinggi dalam air hujan yang didapatkan dari banyak tempat di Bumi itu.

"Para ahli berharap bahwa konsentrasi PFAS mungkin sudah mulai menurun sekarang, tetapi ini jelas tidak terjadi," terang Cousins.

Sebaliknya, lanjut dia, tim menduga bahwa PFAS semakin menjadi zat yang tidak aman bagi manusia.

Temuan yang paling mengejutkan dalam studi ialah tingkat PFOA (perfluorooctanoic acid) dalam air hujan setidaknya 10 kali lebih tinggi dari batas aman yang ditetapkan Environmental Protection Agency (EPA).

Ini termasuk air hujan dari Dataran Tinggi Tibet dan Antartika.

Baca juga: Apakah Ikan Merasa Haus dan Minum Air Laut?

Ilustrasi hujan, air hujan.UNSPLASH/ANNA ATKINS Ilustrasi hujan, air hujan.

Cousins berkata, tim peneliti masih belum yakin secara pasti bagaimana PFAS diangkut ke bagian paling terpencil di dunia.

"Mungkin juga PFAS masih bocor ke lingkungan dari tempat pembuangan sampah," tuturnya.

Da mencatat, masih terlalu dini untuk memprediksi dampak kesehatan masyarakat secara keseluruhan yang akan ditimbulkan oleh air hujan dengan kandungan PFAS di seluruh dunia, tetapi hal itu mungkin sudah berlangsung.

"Kita telah terpapar pada tingkat yang lebih tinggi selama 20 hingga 30 tahun terakhir. Kami baru memahami konsekuensi potensial dari paparan itu," jelas Cousins.

Baca juga: Benarkah Air Minum Bantu Turunkan Berat Badan? Ini Buktinya

Sayangnya, walaupun air hujan diolah dengan benar masih belum ada jaminan bahwa PFAS akan hilang.

PFAS juga dapat ditemukan dengan kadar rendah dalam air minum dari keran dan botol, meskipun sering kali pada tingkat yang aman.

Dampak PFAS kemungkinan akan lebih besar di negara berkembang di mana jutaan orang bergantung pada air hujan sebagai satu-satunya sumber air minum mereka.

Meski begitu, di wilayah tertentu bahkan di negara maju sekalipun seperti Australia Barat, minum air hujan masih sangat umum terjadi.

Baca juga: 6 Alasan Minum Air Putih Dapat Membantu Menurunkan Berat Badan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com