Sebab, subvarian Omicron yang dijuluki 'Son of Omicron" ini memiliki sifat dapat menghindari imunitas yang dibentuk vaksin.
Meski begitu, vaksin Covid-19 masih terbukti dalam mencegah penyakit parah , rawat inap, hingga kematian.
Tim peneliti juga menggarisbawahi, baik individu yang menerima vaksin booster ataupun yang divaksinasi lengkap kecil kemungkinannya untuk terinfeksi dan menularkan salah satu subvarian, jika dibandingkan dengan mereka yang belum divaksinasi.
Dalam pembaruan epidemiologi mingguannya, badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat pada Selasa (1/2/2022) di beberapa negara, subvarian BA.2 sudah menyumbang lebih dari setengah dari keseluruhan kasus Omicron.
Baca juga: Varian BA.2 Omicron Terdeteksi di 40 Negara, Apa Itu?
Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut subvarian BA.2 sudah terdeteksi di 57 negara.
"Spesimen BA.2 telah diserahkan ke GISAID dari 57 negara hingga saat ini," ujar WHO seperti dilansir dari NDTV, Rabu (2/2/2022).
Kendati studi di Denmark menyebutkan bahwa BA.2 lebih mudah menular, WHO menyampaikan sampai saat ini informasi yang diketahui tentang subvarian tersebut masih sangat sedikit.
Termasuk karakteristik, seberapa cepat penularannya, hingga bagaimana virulensi atau kemampuan virus untuk menginfeksi seseorang.
"Kami ingin orang-orang sadar bahwa virus (varian Omicron) ini terus menyebar dan terus berkembang. Sangat penting bagi kita untuk mengambil langkah dalam mengurangi paparan terhadap virus varian apa pun," kata Maria Van Kerkhove, kepala tim teknis WHO.
Baca juga: Apa Saja Gejala Varian Omicron pada Balita?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.