Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Nyata Efek Samping Vaksin Pfizer di Israel, Terbukti Vaksin Ini Aman

Kompas.com - 30/08/2021, 19:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Eurekalert

Namun demikian, Reis menekankan bahwa mereka harus menyadari bahwa risiko efek samping yang sama ini sebenarnya akan lebih tinggi di antara individu yang terinfeksi dan tidak divaksinasi.

"Penelitian ini adalah contoh sempurna tentang bagaimana uji coba acak dan database perawatan kesehatan observasional saling melengkapi," kata Prof. Miguel Hernan, Direktur CAUSALab dan Profesor di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

Menurutnya, uji coba vaksin Pfizer-BioNTech, yang dilakukan perusahaan ini sebelumnya telah memberikan bukti keamanan dari vaksin mRNA itu, tetapi perkiraannya terlalu tidak tepat mengingat ukuran sampel yang kecil.

Sedangkan analisis database berkualitas tinggi yang dilakukan oleh para peneliti Clalit ini meniru desain uji coba asli, menggunakan temuannya sebagai tolok ukur, dan memperluasnya untuk mengonfirmasi keamanan vaksin pada berbagai efek samping vaksin Pfizer yang mungkin ditimbulkan.

"Kombinasi bukti dari uji coba acak dan studi observasional ini adalah model untuk penelitian medis yang efisien, sesuatu yang sangat penting di masa pandemi Covid-19," imbuh Prof Hernan.

Baca juga: Kemanjuran Vaksin Pfizer dan AstraZeneca dalam Melawan Varian Delta Berkurang Setelah 3 Bulan

 

Analisis studi efek samping vaksin Pfizer

Analisis hasil vaksinasi dilakukan terhadap 884.828 individu yang divaksinasi berusia 16 tahun ke atas yang secara hati-hati dicocokkan dengan 884.828 individu yang tidak divaksinasi berdasarkan sosiodemografi, geografis, dan terkait kesehatan.

Studi analisis database tersebut berlangsung dari 1 Maret 2020, yakni sejak awal pandemi Covid-19 di Israel, hingga 24 Mei 2021.

Hasilnya, menunjukkan vaksin Pfizer terbukti aman, berdasarkan 25 potensi efek samping vaksin yang diperiksa, empat efek samping yang ditemukan memiliki hubungan yang kuat dengan efek vaksin mRNA tersebut.

Sebelumnya, efek samping vaksin Pfizer disebut menimbulkan miokarditis. Dalam studi ini, efek samping tersebut terkait vaksin, ditemukan cukup jarang, yakni 2,7 kasus per 100.000 individu yang divaksinasi vaksin Covid-19 berbasis mRNA ini.

Efek samping vaksin Pfizer yang menyebabkan miokarditis ini diamati setelah vaksinasi Covid-19 terkonsentrasi pada pria antara usia 20 tahun dan 34 tahun.

Baca juga: Dosis Vaksin Pfizer Ketiga Diklaim Lindungi dari Varian Delta

Ilustrasi vaksinasi Covid-19 untuk anak remaja. Kemenkes izinkan penggunaan vaksin Pfizer untuk anak remaja di Indonesia.SHUTTERSTOCK/anyaivanova Ilustrasi vaksinasi Covid-19 untuk anak remaja. Kemenkes izinkan penggunaan vaksin Pfizer untuk anak remaja di Indonesia.

Sebaliknya, infeksi virus corona pada individu yang tidak divaksinasi, ada 11 kasus miokarditis per 100.000 individu yang terinfeksi.

Selain itu, efek samping vaksin Covid-19 berbasis mRNA ini, yang terkait dengan vaksinasi antara lain sebagai berikut.

  1. Pembengkakan kelenjar getah bening, efek samping ringan yang merupakan bagian dari respons imun standar terhadap vaksinasi, dengan 78 kasus berlebih per 100.000.
  2. Radang usus buntu dengan 5 kasus per 100.000 (berpotensi sebagai penyebab dari pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar usus buntu).
  3. Herpes zoster dengan 16 kasus per 100.000 individu.

Jika efek samping terkait vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin Pfizer dengan efek yang serius relatif kecil, namun berbeda dengan tingginya tingkat efek samping serius terkait infeksi virus corona di antara pasien yang tidak divaksinasi.

Baca juga: Efikasi Vaksin Pfizer Efektif 100 Persen, Apakah Vaksin Ini Kebal Covid-19?

 

Efek samping infeksi Covid-19 pada mereka yang tidak divaksin, antara lain sebagai berikut.

  1. Aritmia jantung (peningkatan 3,8 kali lipat menjadi 166 kasus per 100.000 orang yang terinfeksi).
  2. Kerusakan ginjal (peningkatan 14,8 kali lipat menjadi 125 kasus per 100.000).
  3. Perikarditis (peningkatan 5,4 kali lipat menjadi 11 kasus per 100.000 orang yang terinfeksi).
  4. Emboli paru (peningkatan 12,1 kali lipat menjadi 62 kasus per 100.000 orang yang terinfeksi).
  5. Trombosis vena dalam (meningkat 3,8 kali lipat menjadi 43 kasus per 100.000 orang yang terinfeksi).
  6. Infark miokard (peningkatan 4,5 kali lipat menjadi 25 kasus per 100.000 orang yang terinfeksi).
  7. Stroke (peningkatan 2,1 kali lipat menjadi 14 kasus per 100.000 orang yang terinfeksi).

"Israel menawarkan lingkungan yang unik untuk mempelajari vaksin dan efek samping vaksin, dan penelitian ini adalah contoh yang sangat baik dari apa yang dapat dicapai melalui kolaborasi ilmiah yang erat," kata Prof. Isaac Kohane, Chair of the Department of Biomedical Informatics dari Harvard Medical School.

Baca juga: Studi Inggris pada Vaksin Pfizer, 1 Dosis Kurangi Risiko Infeksi Corona 75 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com