“Tetapi dia dan putranya tidak tahu ke mana harus pergi atau apa yang harus dilakukan. Terjadi kekacauan dan saya memohon kepada Taliban di rumah sakit untuk mengizinkan saya masuk sehingga saya dapat membantu, namun mereka tidak mau,” jelasnya.
BBC menghubungi Taliban untuk meminta komentar.
Juru bicara Taliban membantah anggapan bahwa kelompoknya telah menyebabkan banyak kematian, dan mengatakan bahwa tuduhan tersebut berkaitan dengan norma budaya di Afghanistan, bukan aturan yang diberlakukan kelompoknya.
Baca juga: Taliban Sebut Gempa Afghanistan Tewaskan 2.053 Orang
“Gempa terjadi sekitar pukul 11.00, laki-laki sedang bekerja dan perempuan ada di rumah,” kata juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid.
“Siapa pun yang memiliki pemahaman menyeluruh tentang masyarakat Afghanistan tahu bahwa hampir 80 hingga 90 persen perempuan tidak bekerja dan berada di rumah,” jelas dia.
Mujahid mengeklaim tim bantuan Taliban tiba dalam beberapa jam dan beberapa diterbangkan dengan helikopter, namun mengakui bahwa bantuan belum menjangkau semua orang yang membutuhkan.
“Ini jelas merupakan bencana yang sangat besar dan berdampak pada banyak orang. Perekonomian Afghanistan tidak cukup baik untuk memenuhi kebutuhan semua orang sekaligus, namun kami melakukan yang terbaik,” katanya.
Ketika ditanya apakah mereka telah mengirimkan pekerja bantuan perempuan ke wilayah tersebut, dia tidak menjawab.
Dr Salma mengatakan lembaga bantuan telah berhasil menyediakan makanan dan selimut, namun masih banyak yang harus dilakukan.
Puluhan perempuan yang terluka akibat gempa bumi di Afghanistan masih berjuang untuk mendapatkan pertolongan medis yang layak dua minggu kemudian.
“Banyak perempuan hamil kehilangan bayinya, dan beberapa melahirkan di tempat terbuka dan mengalami pendarahan hebat,” kata Dr Salma.
"Gadis-gadis muda terkejut dan tidak memiliki pakaian dalam atau pembalut yang bersih. Mereka sangat membutuhkan perhatian medis," tambahnya.
(Nama narasumber telah diubah demi keamanan mereka)