Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/03/2023, 17:00 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China buka suara saat aplikasi TikTok menghadapi sejumlah seruan larangan di sejumlah negara.

Pada Jumat, Pemerintah China mengeklaim tidak pernah meminta perusahaan untuk menyerahkan data yang dikumpulkan di luar negeri.

"China tidak pernah dan tidak akan meminta perusahaan atau individu untuk mengumpulkan atau menyediakan data yang berlokasi di negara asing, dengan cara yang melanggar hukum setempat," ucap Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, dikutip dari AFP.

Baca juga: CEO TikTok Digempur Habis-habisan Parlemen AS, Tak Ada Satu Pun Dukungan

Dia memastikan, Pemerintah China sangat mementingkan perlindungan privasi data.

"Pemerintah AS sejauh ini tidak memberikan bukti apa pun bahwa TikTok mengancam keamanan nasionalnya, melainkan malah berulang kali membuat anggapan bersalah dan penekanan yang tidak masuk akal terhadap perusahaan tersebut," tambah Mao.

"Kami juga telah mencatat bahwa beberapa anggota kongres AS menyatakan bahwa upaya pelarangan TikTok adalah persekusi politik xenofobia," katanya.

CEO TikTok Shou Zi Chew seperti diketahui telah menghadapi pertanyaan beruntun dari anggota parlemen AS pada Kamis (23/3/2023) atas dugaan hubungan TikTok dengan China dan bahayanya bagi remaja.

"ByteDance tidak dimiliki atau dikendalikan oleh pemerintah China dan merupakan perusahaan swasta," kata Chew kepada anggota parlemen dalam sambutan pembukaannya, mengacu pada perusahaan induk TikTok yang berbasis di China.

"Kami percaya yang dibutuhkan adalah aturan transparan yang jelas yang berlaku secara luas untuk semua perusahaan teknologi, kepemilikan bukanlah inti dari mengatasi masalah ini," tambah Chew.

Baca juga: Mengapa Risiko Keamanan TikTok Terus Timbulkan Ketakutan?

Inti dari sebagian besar ketakutan atas TikTok adalah undang-undang China tahun 2017 yang mewajibkan perusahaan lokal untuk menyerahkan data pribadi kepada negara jika relevan dengan keamanan nasional.

Pada Kamis, Chew pun mengakui bahwa beberapa data pribadi warga Amerika masih tunduk pada hukum China. Tetapi, dia bersikeras bahwa hal itu akan segera diubah.

Perusahaan TikTok juga mengakui pada bulan November 2022 bahwa beberapa karyawan di China dapat mengakses data pengguna Eropa, dan pada Desember mengakui karyawan telah menggunakan data tersebut untuk memata-matai jurnalis.

Tetapi TikTok bersikeras bahwa pemerintah China tidak memiliki kendali atas atau akses ke datanya.

Baca juga: TikTok Perbarui Aturan Demi Raih Dukungan AS

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com