Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyelidik Korupsi Tingkat Tinggi di Afrika Selatan Tewas Ditembak

Kompas.com - 20/03/2023, 11:31 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

JOHANNESBURG, KOMPAS.com - Cloete Murray (50), penyelidik kasus korupsi tingkat tinggi di Afrika Selatan, tewas ditembak bersama putranya pada Sabtu (18/3/2023).

Murray sedang menyelidiki kasus korupsi Bosasa, perusahaan yang terlibat dalam berbagai skandal kontrak pemerintah.

Dia juga menyelidiki perusahaan terkait Gupta bersaudara yang kaya dan menyangkal tuduhan penyuapan.

 Baca juga: Sembunyi 2 Tahun di Kedutaan Argentina, Mantan Menteri Ekuador yang Korupsi Kabur ke Venezuela

BBC pada Minggu (18/3/2023) melaporkan, polisi akan melihat apakah ada kaitan antara pembunuhan Murray dengan investigasi korupsi.

Murray ditembak oleh orang-orang bersenjata tak dikenal saat mengemudi di Johannesburg dengan putranya, Thomas (28), yang bekerja sebagai penasihat hukum.

Thomas tewas di lokasi kejadian, sedangkan Murray sempat dilarikan ke rumah sakit tetapi kemudian meninggal karena luka-lukanya.

Mereka berdua mengendarai Toyota Prado putih menuju rumah di Pretoria, menurut laporan media Afrika Selatan.

Pekerjaan Murray adalah memeriksa rekening perusahaan gulung tikar, memulihkan aset, dan melaporkan kejahatan apa pun sesuai tugas yang ditunjuk pengadilan.

Salah satu perusahaan yang diselidiki adalah Bosasa, kontraktor pemerintah dengan spesialisasi layanan penjara.

Baca juga: Didakwa Korupsi, Eks PM Malaysia Muhyiddin Yassin Mengaku Sulit Tidur

KPK-nya Afsel yaitu Komisi Zondo menyebutkan, Bosasa secara ekstensif menyuap politisi dan pejabat untuk mendapatkan kontrak pemerintah selama sembilan tahun masa kepresidenan Jacob Zuma dari 2009 hingga 2018.

Adapun Zuma menolak bekerja sama dengan penyelidikan dan membantah tuduhan korupsi.

Pada 2018, Presiden Afrika Selatan saat ini yaitu Cyril Ramaphosa berkata, akan membayar kembali sumbangan 35.000 dollar AS (Rp 538,23 juta) dari Bosasa.

Akan tetapi, Ramaphosa juga menghadapi tuduhan korupsi lainnya yang dia bantah.

Komisi Zondo menemukan bahwa Gupta bersaudara yakni Ajay, Rajesh, dan Atul mencoba mempengaruhi keputusan politik dan ekonomi masa kepresidenan Zuma.

Keluarga Gupta pindah dari India ke Afrika Selatan pada 1993 dan menjalin beberapa kontrak menguntungkan dengan departemen pemerintah Afrika Selatan serta perusahaan milik negara.

Pihak berwenang Afrika Selatan saat ini sedang berupaya agar Gupta bersaudara diekstradisi dari Uni Emirat Arab--tempat mereka ditangkap--untuk diadili.

Gupta bersaudara membantah tuduhan membayar suap untuk memenangi kontrak.

Baca juga: Gelombang Pemecatan Pejabat Ukraina Diduga Korupsi Berlanjut, Termasuk 5 Jaksa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com