Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beri Saran Solusi Konflik China-Taiwan, Elon Musk Disanjung Beijing tapi Dicela Taipei

Kompas.com - 12/10/2022, 19:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China dan Taiwan angkat bicara setelah kepala eksekutif Tesla Elon Musk mengatakan Taiwan harus menjadi zona administrasi khusus China.

Orang terkaya di dunia itu mengatakan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar bisnis Inggris Financial Times bahwa dia yakin seperti sarannya, kedua pemerintah dapat mencapai kesepakatan yang "cukup baik".

Komentar Elon Musk mendatangkan pujian dari Duta Besar China untuk Amerika Serikat (AS), tetapi rekannya dari Taiwan menegaskan bahwa kebebasan tidak dapat “dijual.”

Baca juga: Setelah Rusia-Ukraina, Elon Musk Usulkan Rencana Penyelesaian Ketegangan China-Taiwan

Pekan sebelumnya, Musk telah dikritik karena mengunggah jajak pendapat soal sarannya mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina di Twitter, yang meminta Kyiv menyerahkan wilayah ke Moskwa.

Ada pun komentar Musk soal konflik China-Taiwan kali ini muncul saat perusahaan pembuat mobil listrik miliknya mencapai rekor penjualan bulanan di China.

"Rekomendasi saya... adalah mencari zona administratif khusus untuk Taiwan yang cukup baik, (meski) mungkin tidak akan membuat semua orang senang," kata menanggapi ketegangan China-Taiwan yang meningkat dalam wawancara dengan Financial Times, yang diterbitkan pada Jumat (7/10/2022).

"Dan itu mungkin, dan saya pikir mungkin, pada kenyataannya, bahwa mereka dapat memiliki pengaturan yang lebih lunak daripada Hong Kong."

Baca juga: Elon Musk Menuai Kritik Serius atas Cuitannya tentang Ukraina

Pada Sabtu (8/10/2022), duta besar China untuk AS Qin Gang menyambut saran Musk untuk menetapkan Taiwan sebagai zona administrasi khusus.

Dia mengatakan di Twitter bahwa "penyatuan kembali secara damai" dan model "satu negara dua sistem" yang digunakan dalam pemerintahan Hong Kong adalah "prinsip dasar China untuk menyelesaikan pertanyaan soal Taiwan".

“Dengan syarat kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan China dijamin, setelah reunifikasi Taiwan akan menikmati otonomi tingkat tinggi sebagai wilayah administrasi khusus, dan ruang yang luas untuk pembangunan,” tambahnya sebagaimana dilansir BBC.

Reaksi keras Taiwan

Namun reaksi bertentangan disampaikan pejabat Taiwan, dengan Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang menilai Elon Musk "tidak tahu banyak" tentang pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

“Musk adalah seorang pengusaha,” Su, politisi paling senior Taiwan setelah Presiden Tsai Ing-wen, mengatakan pada sesi parlemen pada Selasa (11/10/2022).

Baca juga: Semakin Banyak Warga Taiwan Tidak Merasa sebagai Orang China

"Dia memiliki pabrik mobil besar di Shanghai dan dia ingin mempromosikan kendaraan listriknya ... seorang pengusaha dapat mengatakan ini hari ini dan mengatakan yang lain besok," kata perdana menteri, pejabat tertinggi Taiwan yang menanggapi komentar Musk.

“Musk hanya berbicara untuk dirinya sendiri tetapi dia benar-benar tidak tahu banyak tentang Taiwan dan dia juga tidak mengerti hubungan lintas selat,” tambah Su sebagaimana dilansir Al Jazeera.

Sebelumnya Hsiao Bi-khim, duta besar de facto Taiwan untuk Washington juga menyuarakan kritiknya di Twitter: "Taiwan menjual banyak produk, tetapi kebebasan dan demokrasi kami tidak untuk dijual."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com