Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratu Kripto Masuk Daftar 10 Buronan Paling Dicari FBI, Ada Hadiah Rp 1,5 Miliar untuk Informan

Kompas.com - 01/07/2022, 16:46 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ruja Ignatova, yang juga dikenal dengan sebutan 'Ratu Kripto yang menghilang' telah ditempatkan dalam daftar 10 buronan paling dicari oleh Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI).

Perempuan asal Bulgaria ini sedang diburu atas tuduhan penipuan mata uang kripto atau "cryptocurrency" yang dikenal sebagai OneCoin.

Baca juga: Aset Kripto Anjlok, Penggalangan Dana untuk Ukraina Ikut Babak Belur

Para penyidik federal menuduh Ignatova menggunakan skema OneCoin untuk memperdaya korbannya lebih dari 4 miliar dollar AS atau setara Rp59,8 triliun.

Dia diketahui hilang sejak 2017, ketika pihak berwenang AS menandatangani surat perintah penangkapan dan penyidik mulai mengusutnya.

Ignatova diburu karena perannya dalam menjalankan OneCoin, sebuah mata uang kripto yang mulai ia perkenalkan pada awal 2014.

Ia menawarkan orang-orang yang membeli mata uang ini dengan iming-iming mendapatkan komisi, jika bisa membujuk orang lain untuk ikut membelinya.

Tapi agen FBI mengatakan OneCoin tak ada nilainya dan tidak dilindungi oleh teknologi blockchain seperti mata uang kripto lainnya.

Blokchain merujuk pada sebuah bank data khusus yang mencatat setiap transaksi menggunakan mata uang kripto.

Baca juga: Alihkan Tabungan ke Kripto karena Takut Dampak Invasi, Pria Ini Malah Kehilangan Seluruh Uangnya

Menurut tuduhan yang dibuat oleh jaksa federal, OneCoin pada dasarnya merupakan skema Ponzi yang disamarkan sebagai mata uang kripto.

"Dia mengatur waktu skemanya dengan sempurna, memanfaatkan keriuhan spekulasi pada masa awal-awal mata uang kripto," kata jaksa federal di Manhattan, Damian Williams.

FBI menambahkan Ignatova ke dalam daftar 10 orang paling dicari agar masyarakat umum dapat ikut melacaknya.

Biro penyelidikan ini menawarkan hadiah sebesar Rp1,5 miliar bagi informasi apa pun yang mengarahkan mereka pada penangkapan Ignatova.

Perempuan itu telah didakwa pada 2019 lalu, dengan enam tuduhan termasuk penipuan melalui teknologi komunikasi dan informasi serta penipuan sekuritas.

Ignatova menjadi satu-satunya perempuan yang masuk ke dalam daftar 10 orang paling dicari FBI.

Jamie Bartlett yang menggarap podcast investigasi BBC mengenai kasus Ignatova dan dampak keuangan OneCoin terhadap para korbannya, mengatakan pengumuman FBI pada Kamis (30/6/2022) kemarin meningkatkan kemungkinan penangkapan buronan tersebut.

Baca juga: Hacker Korea Utara Kian Lihai Rampok Kripto, Kini Sasar Game Axie Infinity

"Mungkin ini langkah maju terbesar dalam kasus itu sejak Ruja menghilang pada Oktober 2017," katanya.

Barlett yang juga menginvestigasi kasus ini selama bertahun-tahun, mengatakan satu alasan yang membuat “Ratu Kripto” ini sulit dilacak adalah karena ia menghilang dengan membawa serta uang sebesar 500 juta dollar AS (Rp7,4 triliun) yang bisa membantunya bersembunyi dari pelacakan.

"Kami juga yakin dia memiliki dokumen identitas palsu dengan kualitas tinggi, dan mengubah penampilannya," katanya seraya menambahkan kemungkinan bahwa dia sudah meninggal dunia.

Ignatova terakhir kali terlihat saat naik pesawat dari Bulgaria ke Yunani pada 2017, dan tak diketahui lagi jejaknya sejak saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com