Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Kompas.com - 03/05/2024, 09:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

GAZA, KOMPAS.com - Tingkat kerusakan di Gaza belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II.

Menurut seorang pejabat PBB yang memperkirakan bahwa rekonstruksi pascaperang dapat menelan biaya hingga 50 miliar dollar AS atau sekitar Rp 803 triliun.

“Kami belum pernah melihat hal seperti ini sejak tahun 1945,” kata Abdallah al-Dardari, direktur biro regional negara-negara Arab di Program Pembangunan PBB (UNDP), pada Kamis (2/5/2024) dalam jumpa pers online.

Baca juga: Hamas Bersikeras Minta Gencatan Senjata Permanen di Gaza

"Intensitasnya begitu, dalam waktu yang singkat dan skala kerusakannya masif," imbuhnya, seperti dilansir Al Jazeera.

Lebih dari 70 persen perumahan telah hancur, kata pejabat PBB, dan sekitar 37 juta ton puing harus disingkirkan.

Sebagai perbandingan, selama perang Israel-Hamas tahun 2014 di Gaza, sekitar 2,4 juta ton puing berhasil disingkirkan.

Secara keseluruhan, tingkat kerusakan yang terjadi sedemikian rupa sehingga UNDP memperkirakan bahwa indeks pembangunan manusia di Gaza telah mengalami kemunduran selama 40 tahun.

Indeks ini menilai berbagai faktor termasuk lamanya bersekolah, pencapaian pendidikan, kesehatan, dan harapan hidup saat lahir.

“Semua investasi dalam pembangunan manusia… selama 40 tahun terakhir di Gaza telah musnah,” kata al-Dardari. “Kita hampir kembali ke tahun 80-an,” tambahnya.

"Biaya keseluruhan rekonstruksi pasca perang di Gaza akan memakan biaya setidaknya antara 40-50 miliar dollar AS," katanya.

Baca juga: Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Prioritas utama badan PBB ini adalah fase pemulihan tiga tahun pasca perang dengan tujuan menyediakan tempat penampungan sementara dan layanan dasar bagi warga Palestina agar dapat kembali ke tempat asal mereka sebelumnya.

Tentara Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak 7 Oktober, dalam salah satu pengeboman udara paling intens dalam sejarah modern.

Baca juga: AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Lebih dari 34.500 orang telah terbunuh, menurut pihak berwenang Palestina, sebagian besar wilayah tersebut telah menjadi puing-puing dan kelaparan mengancam di bagian utara Gaza di tengah pembatasan ketat Israel terhadap pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com