Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Misteri: Insiden Vela, Misteri Ledakan Nuklir Terbesar Masa Perang Dingin

Kompas.com - 13/08/2021, 07:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Pada akhir 1960-an, sebagian besar negara-negara dalam perjanjian itu (AS, Inggris, dan Uni Soviet) telah memindahkan pengujian mereka ke fasilitas bawah tanah.

Hanya Perancis dan China yang terus melakukan pengujian atmosfer sepanjang 1970-an dan awal 1980-an. Pengujian Perancis berlanjut hingga 1974 dan China hingga 1980.

Baca juga: Ada Kerusakan, China Akhirnya Matikan Reaktor di Pembangkit Nuklir Taishan

Satelit ini juga digunakan untuk memantau berapa negara yang tidak mendeklarasikan kepemilikan nuklir. Selama periode ini, beberapa negara dicurigai telah memulai program senjata nuklir atau memiliki bom nuklir, diantaranya Israel, India, dan Afrika Selatan.

Satelit Vela Hotel dilengkapi dengan peralatan deteksi mutakhir, tapi beberapa sistem saat itu dilaporkan mengalami kerusakan. Kondisi itu dimaklumi mengingat operasinya yang lebih dari 10 tahun mengorbit bumi, dan sudah dua tahun melampaui masa desainnya.

Vela Hotel juga dilaporkan memiliki masalah lainnya seperti kerusakan sensor pulsa elektromagnetik dan kesalahan pada memori perekaman.

Spekulasi pun berkembang terkait misteri Insiden Vela 1979. Ilmuwan, laboratorium nasional, dan panel pemerintah mengajukan beberapa teori seperti uji coba nuklir rahasia, meteoroid memasuki atmosfer, atau kemungkinan kerusakan pada satelit Vela Hotel karena kondisinya yang tidak prima.

Baca juga: Rusia Buat Dua “Pesawat Kiamat” Pusat Komando Udara saat Perang Nuklir

Uji coba nuklir rahasia

Dugaan terkait uji coba nuklir rahasia, memunculkan kecurigaan kepada sejumlah negara. Namun, pihak yang biasa “dicurigai” yakni Uni Soviet dan China kali ini luput dari kecurigaan. Pasalnya keduanya tidak diketahui memiliki lokasi uji di daerah tersebut.

Kilatan ganda 1979 diperkirakan terjadi di antara Kepulauan Crozet milik Perancis, dan Kepulauan Prince Edward Afrika Selatan. Melihat lokasi dugaan kilatan ganda itu, kecurigaan pelanggaran tes uji nuklir pun mengarah pada keduanya.

Kepulauan Crozet berukuran kecil dan jarang berpenghuni. Lokasi itu cukup terisolasi dari negara lain. Sejumlah pihak pun menilai lokasi itu akan menjadi tempat yang ideal untuk melakukan uji coba nuklir di atmosfer. Namun, Perancis telah bergerak menuju pengujian nuklir bawah tanah pada masa itu.

Kecurigaan kemudian terfokus ke Afrika Selatan dan mitranya saat itu, Israel. Dugaan itu salah satunya dikemukakan oleh Jeffrey T Richelson, peneliti Amerika yang mempelajari proses pengumpulan intelijen dan keamanan nasional.

Richelson dalam situs Arsip Keamanan Nasional, mengungkapkan bahwa Afrika Selatan telah mempersiapkan uji coba nuklir pada Agustus 1977 sebelum satelit Soviet dan AS mendeteksinya. Ia juga yang melaporkan adanya kerja sama antara Afrika Selatan dan Israel.

Namun banyak informasi saat itu masih dinilai sebagai spekulasi dan belum terbukti jelas. Afrika Selatan kemudian dilaporkan meninggalkan program mereka atas tekanan diplomatik dari AS dan Soviet.

Tersangka lain yang masuk akal, tetapi kecil kemungkinannya, adalah India, yang diduga melakukan uji coba nuklir pada 1974.

Namun, India telah menandatangani Perjanjian Larangan Uji Terbatas dan mematuhinya dengan meledakkan bom mereka di bawah tanah. Baru pada 1990-an, India dan saingannya Pakistan akhirnya secara resmi menyatakan memiliki bom nuklir.

Baca juga: Buku Terbaru Sebut Ada Kekhawatiran Bahwa Trump akan Luncurkan Nuklir di Akhir Jabatannya

Bukti ledakan nuklir

Beberapa pesawat pengintai WC-135B Angkatan Udara AS sebenarnya sudah terbang di atas Samudra Hindia dan wilayah Atlantik Selatan, segera setelah kilat ganda dilaporkan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com