Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Misteri: Insiden Vela, Misteri Ledakan Nuklir Terbesar Masa Perang Dingin

Kompas.com - 13/08/2021, 07:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Pesawat itu dilengkapi alat pendeteksi keberadaan debu radioaktif. Namun, pesawat gagal mendeteksi tanda-tanda radiasi nuklir.

Keganjilan ini membuat misteri Insiden Vela 1974 terus diteliti, bahkan hingga lebih dari empat dekade pasca kejadiannya.

Laporan lain yang mendukung teori ledakan nuklir rahasia disampaikan dari Observatorium Ionosfer Arecibo dan Teleskop Radio di Puerto Rico.

Para peneliti di fasilitas tersebut melaporkan mendeteksi “gelombang ionosfer anomali pada pagi 22 September 1979, yang bergerak dari tenggara ke barat laut, sebuah peristiwa yang belum pernah diamati sebelumnya oleh para ilmuwan.”

Akan tetapi pada 1980, Panel Kepresidenan AS yang ditugaskan oleh Frank Press, Penasihat Sains untuk Presiden AS Jimmy Carter dan ketua Kantor Sains dan Teknologi AS, mengeluarkan kesimpulan bahwa kilatan ganda itu tidak disebabkan oleh ledakan nuklir.

Data yang dikumpulkan dari satelit, termasuk yang direkam oleh Bhangmeter, juga disebut tidak meyakinkan atau masih diperdebatkan. Dewan AS kemudian menyimpulkan bahwa satelit itu mungkin terkena meteoroid.

Temuan panel tersebut mendapat kecaman, tidak hanya oleh laboratorium independen tetapi juga oleh kelompok pemerintah. Badan Intelijen Pertahanan (DIA) bahkan juga percaya sejumlah data mendukung terdeteksinya ledakan nuklir.

Baca juga: Jalan Terjal Diplomasi Nuklir Iran

Teori uji coba rahasia juga didukung Frank Barnaby, dalam tulisannya berjudul The Invisible Bomb (1989). Studinya itu menyebut pola angin menegaskan adanya dampak dari ledakan di wilayah Insiden Vela yang pengaruhnya bisa dirasakan hingga barat daya Australia.

Bertahun-tahun setelah teori Barnaby, peneliti internasional dalam jurnal Science & Global Security melaporkan hasil pengujian radiasi terhadap organ tiroid dari domba di Australia tenggara yang sebelumnya tidak dipublikasikan di laboratorium AS.

Laporan yang dipublikasikan New York Post pada 2018, menemukan tingkat rendah yodium-131 terdeteksi di kelenjar tiroid domba di daratan Australia Tenggara. Yodium-131 adalah produk fisi nuklir berumur pendek yang dilepaskan segera setelah ledakan.

Para peneliti mengungkapkan, sampel tiroid dari domba yang dibunuh di Melbourne secara teratur dikirim ke AS untuk pengujian setiap bulan pada 1979, tetapi juga pada 1950-an dan 1980-an.

Menurut sebuah laporan di New Zealand Herald, domba-domba itu telah merumput di daerah yang terkena hujan empat hari setelah kejadian kilatan ganda diamati.

Para peneliti juga mengatakan mendeteksi "sinyal hidroakustik" dari perangkat pendengar bawah air pada saat itu, yang merupakan bukti lain yang menunjukkan adanya ledakan nuklir.

Meski sempat menimbulkan kegelisahan di kalangan komunitas intelijen, sejauh ini kilatan ganda itu tidak tidak mengarah pada tindakan militer atau konflik diplomatik yang serius.

Meskipun bukti baru 2018 terkait Insiden Vela ini menurut laporan Foreign Policy menunjukkan adanya upaya pemerintahan AS di bawah Presiden Carter untuk menutupi uji coba nuklir rahasia pada 1979 yang melibatkan Israel.

Baca juga: KISAH MISTERI: Misi Rahasia Menculik Ilmuwan Nuklir Nazi dalam Perang Dunia II

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com