Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Blokir Laut Hitam, NATO Tak Terima

Kompas.com - 17/04/2021, 10:14 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

BRUSSELS, KOMPAS.com – NATO keberatan atas rencana Rusia untuk memblokir sebagian Laut Hitam bagi pelayaran militer dan negara-negara asing.

Blok tersebut menyatakan, keputusan Rusia tersebut tidak dibenarkan. Mereka juga meminta Moskwa agar memberikan akses bebas ke pelabuhan Ukraina di Laut Azov.

Baca juga: Konflik dengan Ukraina Makin Panas, Rusia Batasi Pelayaran di Laut Hitam

Sebelumnya, media pemerintah Rusia melaporkan bahwa Moskwa bermaksud menutup sebagian Laut Hitam untuk militer dan negara-negara asing selama enam bulan mulai April hingga Oktober.

Rencana tersebut dapat memengaruhi akses ke pelabuhan Ukraina di Laut Azov, yang terhubung ke Laut Hitam melalui Selat Kerch.

Langkah tersebut lantas memicu kekhawatiran Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa sebagaimana dilansir AFP, Jumat (16/4/2021).

"Militerisasi Crimea, Laut Hitam, dan Laut Azov yang sedang berlangsung Rusia merupakan ancaman lebih lanjut bagi kemerdekaan Ukraina,” kata Juru Bicara Kepala NATO.

Baca juga: Cegah Kapal Perang Asing Masuk Ukraina, Rusia Tutup Selat Kerch


Juru bicara tersebut menambahkan, keputusan Rusia itu hanya akan merusak stabilitas kawasan yang lebih luas.

Dia menambahkan, memblokir Laut Hitam akan menjadi tindakan yang tidak dapat dibenarkan.

NATO meminta Rusia untuk segera menurunkan ketegangan, menghentikan pola provokasinya, dan menghormati komitmen internasional.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS John Kirby menyatakan, Rusia membenarkan rencana memblokir Laut Hitam hingga Oktober dengan alasan sedang mempersiapkan latihan militer.

Baca juga: Tegang dengan Ukraina, Rusia Tank Catnya dengan Garis Invasi

"Rusia memiliki sejarah mengambil tindakan agresif terhadap kapal Ukraina dan menghalangi transit maritim internasional di Laut Hitam, khususnya di dekat Selat Kerch," tutur Kirby.

"Itu hanya contoh terbaru dari kampanye yang sedang berlangsung untuk merusak dan mengguncang Ukraina," tambah Kirby.

Dia menegaskan kembali dukungan kuat dari Washington untuk kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.

"Kami menyerukan kepada Rusia untuk menghentikan gangguan terhadap kapal di wilayah tersebut dan menarik penumpukan pasukannya di sepanjang perbatasan Ukraina,” sambung Kirby.

Baca juga: Redakan Ketegangan di Ukraina, Biden Tawarkan Putin untuk Bertemu

Selat Kerch merupakan jalur laut yang sangat penting untuk ekspor biji-bijian dan baja dari Ukraina.

Perairan itu menjadi tempat konfrontasi pada 2018 setelah Rusia menyita tiga kapal Ukraina di sana karena dugaan pelanggaran perairan teritorialnya.

Sebelumnya, Ukraina bisa bebas berlayar di Selat Kerch bersama dengan Rusia.

Semua berubah pada 2014, ketika Moskwa mengeklaim kendali penuh atas jalur air tersebut setelah mencaplok Crimea.

Baca juga: NATO Minta Rusia Hentikan Eskalasi Militer di Ukraina untuk Cegah Konflik Meluas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com