Kebijakannya antara lain membatalkan perayaan hari kemerdekaan yang mewah untuk menggantinya dengan bersih-bersih jalan, dan melarang dinas luar negeri yang tidak perlu bagi para pejabat.
Pria yang dibesarkan di rumah beratap jerami di distrik Chato, tepi Danau Victoria, ini juga sempat memarahi pegawai negeri yang bolos saat jam kerja, dan pernah memenjarakan sebentar satu orang karena datang terlambat.
Baca juga: Berbekal Klaim Bebas Covid-19 dan Pertolongan Tuhan, Presiden Tanzania Tolak Vaksin
Presiden Tanzania John Magufuli juga memperluas akses pendidikan gratis, menambah jaringan listrik di pedesaan, membangun rel kereta api utama, dan bendungan tenaga air besar-besaran.
Namun, kecenderungan ayah lima anak ini untuk mengabaikan proses hukum dan bertindak atas kemauannya sendiri, membuat sekutu asing khawatir atas stabilitas demokrasi di Tanzania.
Pemilu Tanzania tahun lalu yang dimenanginya dianggap curang oleh oposisi dan para diplomat.
Di saat yang bersamaan, militer menindak keras oposisi dan memblokir media asing serta tim pengamat.
John Magufuli yang menjadi anggota parlemen sejak 1995, juga mengesahkan serangkaian undang-undang media yang keras.
Akibatnya, penangkapan jurnalis, aktivis, dan anggota oposisi melonjak. Beberapa tokoh opisisi juga dibunuhnya.
Baca juga: Cara Aneh Presiden Tanzania Tangani Covid-19, Keampuhan yang Tutupi Sisi Gelap?