BERLIN, KOMPAS.com - Jerman akan menjadi negara Uni Eropa pertama yang menggunakan pengobatan antibodi eksperimental, yang dikonsumsi Donald Trump untuk sembuh dari Covid-19.
Pengumuman itu disampaikan Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, pada Minggu (24/1/2021).
"Pemerintah sudah membeli 200.000 dosis seharga 400 juta euro (Rp 6,8 triliun)," kata Spahn kepada suarat kabar Bild am Sonntag. Ia menambahkan, harga per dosisnya adalah 2.000 euro (Rp 34,15 juta).
Baca juga: Botol Isi Udara Inggris Dibandrol Rp 480.160 untuk Obat Rindu Kampung Halaman
Juru bicara Kementerian Kesehatan Jerman berkata ke AFP, para pasien Covid-19 akan mendapatkannya secara gratis.
Dua jenis obat yang disebut terapi antibodi monoklonal itu akan tersedia di rumah-rumah sakit universitas mulai minggu ini.
Spahn menerangkan, Jerman adalah negara pertama di Uni Eropa yang menerapkannya dalam perang melawan pandemi virus corona.
Kedua obat tersebut sudah mendapat persetujuan darurat di Amerika Serikat (AS), tetapi belum memiliki izin dari regulator Eropa.
Baca juga: Positif Covid-19, Donald Trump Diberi Cocktail Antibodi Regeneron, Apa Itu?
Juru bicara Kemenkes Jerman menerangkan, regulator nasional Jerman di Institut Paul Ehrlich (PIE) menetapkan penggunaan obat prinsipnya diizinkan berdasarkan kasus per kasus, diputuskan oleh dokter.
Izin juga dikeluarkan untuk mencegah penyakit bertambah parah, atau melonjaknya pasien rawat inap di kelompok berisiko tertentu.
Jerman membeli campuran antibodi Casirivimab/Imdevimab dari Regeneron, serta obat antibodi Bamlavinimab dari perusahaan AS lainnya, Eli Lilly.
Trump sempat dirawat di rumah sakit karena positif Covid-19 pada Oktober 2020. Ia dirawat dengan pengobatan Regeneron sebelum mendapat izin resmi.
Presiden AS ke-45 tersebut menyebut pengobatannya berfungsi secara luar biasa.
Baca juga: Mengenal Regeneron Antibody Cocktail, Obat Eksperimental untuk Donald Trump
Versi Regeneron adalah kombinasi campuran dari dua antibodi buatan laboratorium.
Protein pelawan infeksi dikembangkan untuk mengikat protein permukaan virus corona, agar menghentikannya menyerang sel-sel manusia.
Obat dari Eli Lilly cara kerjanya juga sama, tetapi menggunakan satu antibodi sintetis.
Keputusan Jerman menggunakan obat-obatan yang belum disetujui European Medicines Agency (EMA) ini dilakukan saat vaksinasi Covid-19 berjalan lebih lambat dari perkiraan Uni Eropa.
Baca juga: Kekurangan Obat Antibodi Regeneron yang Disetujui FDA untuk Pasien Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.