KOMPAS.com – Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada Sabtu (21/11/2020) memberikan izin penggunaan darurat obat antibodi produksi Regeneron Pharmaceutical Inc untuk pasien virus corona.
Antibodi Regeneron merupakan obat eksperimental yang diberikan pada Presiden AS Donald Trump saat dinyatakan positif Covid-19 beberapa waktu lalu.
Mengutip AP, penggunaan antibodi tersebut disetujui untuk mencegah penyakit berkembang lebih lanjut pada pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang.
Akan tetapi, sejumlah ahli meragukan obat ini. Terdapat sejumlah hal yang dinilai menjadi kelemahan antibobdi Regeneron.
Baca juga: Trump Janji Akan Beri Obat Covid-19, Regeneron Gratis
Antibodi Regeneron merupakan obat yang diberikan dalam satu kali infus. Obat tersebut merupakan produk biologis rumit, sehingga butuh waktu dalam pembuatannya.
Dilansir Washington Post, obat antobodi Regeneron adalah gabungan dari dua antibodi monoklonal, yang disebut casirivimab dan imdevimab.
Antibodi merupakan protein yang dibuat tubuh yang menargetkan dan membantu menghilangkan virus, tetapi perlu waktu berminggu-minggu setelah infeksi terjadi.
Sementara, antibodi monoklonal yang dibuat di laboratorium adalah protein yang meniru kemampuan sistem kekebalan untuk menyerang virus.
Jika pandemi terus berlanjut, pengobatan dengan regeneron dinilai akan terbatas.
Karena tidak seperti pil konvensional, obat ini disintesis oleh organisme hidup dalam reaktor khusus, dengan kecepatan biologis yang tidak dapat diburu-buru.
Obat antibodi Regeneron diproduksi di dalam sel hamster yang direkayasa secara genetik.
Kekuarangan lain dari Regeneron adalah kerumitan penggunaan yakni obat harus digunakan melalui intravena.
Ini menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah orang yang sangat butuh bisa menggunakan obat tersebut.
Baca juga: Mengenal Regeneron Antibody Cocktail, Obat Eksperimental untuk Donald Trump
FDA mengizinkan penggunaan pada orang dewasa dan anak-anak usia 12 tahun ke atas, dengan berat setidaknya 40 kilogram, serta yang berisiko tinggi terkena penyakit parah akibat Covid-19 karena usia atau kondisi tertentu.
Otorisasi darurat memugkinkan penggunaan obat di saat studi terus dilakukan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.