Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Mayoritas Senat Minta Politisi Republik Pakai “Hati Nurani” Saat Putuskan Pemakzulan Trump

Kompas.com - 16/01/2021, 15:18 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

McConnell yang menolak untuk memandu anggota partainya tentang “cara memberikan suara” saat sidang pemakzulan memberinya banyak ruang untuk bermanuver.

Saat ini sebagian besar politisi Republik sangat pro-Trump. Para senator yang akan kembali dipilih pada 2022 dan 2024 khawatir akan menjadi sasaran utama dari loyalis Trump jika mereka memilih untuk menghukum Presiden.

Baca juga: Penjelasan Lengkap tentang Pemakzulan Trump Jilid 2 dan Prosesnya

Tetapi respons publik berubah terhadap Trump. Jajak pendapat menunjukkan penurunan dukungan sejak pendukung Trump memecahkan jendela, mencuri peralatan, bentrok dengan polisi, dan mengambil bagian dalam kerusuhan yang berakhir dengan kematian lima orang.

Washington DC tidak akan diisolasi secara virtual untuk pelantikan, dengan 20.000 pasukan Garda Nasional mengamankan kota untuk penyerahan.

Tujuh senator Republik memberikan suara bersama dengan anggota DPR yang keberatan dengan sertifikat suara elektoral dari Pennsylvania. Enam senat lain melakukannya untuk suara dari Arizona.

Cramer, bersama dengan sebagian besar rekannya, memilih untuk tetap menghitung suara tersebut sehingga membuat Joe Biden menjadi pemenang.

Cramer, yang mendukung Trump selama masa jabatannya yang penuh badai, mengatakan dia tidak ingin memberikan suara untuk menghukum.

Tetapi dia mengatakan mungkin memilih untuk melarang Trump memegang jabatan kepercayaan publik setelah kerusuhan "MAGA" di Gedung Capitol.

Pertanyaan itu, yang muncul bersamaan dengan suara mayoritas setelah vonis pemakzulan, memiliki implikasi politik besar baik bagi bangsa dan partai Republik. Sebab beberapa saingan politik Trump pada 2024 memegang kursi di majelis.

Dua dari mereka, Josh Hawley dari Missouri dan Ted Cruz dari Texas. Mereka sejak awal berusaha menggulingkan hasil pilpres, dan tetap pada posisi mereka, bahkan setelah para perusuh menghancurkan Capitol.

Baca juga: DPR AS Ketok Palu Pemakzulan Trump Kedua

Pertimbangan Senat Republik

Sementara suara senator lain lebih masih sulit untuk diprediksi.

McConnell tidak akan dipilih kembali sampai 2026, ketika dia akan berusia 84 tahun. Dia bukan satu-satunya Senat Republik yang tidak mungkin atau pasti tidak akan mencalonkan diri lagi.

Pat Toomey dari Pennsylvania yang tidak lagi mencalonkan diri, telah meminta Trump mengundurkan diri.

Dua Republikan tertua lainnya adalah Richard Shelby dari Alabama dan Chuck Grassley dari Iowa. Keduanya dicintai oleh basis Republik negara bagian mereka. Tapi dipastikan paling tidak pasti untuk mencalonkan diri lagi.

Trump sebelumnya menyinggung Ben Sasse, Lisa Murkowski dan John Thune. Tak satupun dari mereka menunjukkan kesetiaan pribadi pada Presiden.

Mitt Romney adalah musuh bebuyutan Trump, meskipun dia belum menyatakan posisinya.

Demokrat ingin para senator mengingat pengalamannya saat harus dievakuasi dari ruangannya oleh penjaga bersenjata dan dibawa ke ruang aman, saat harus memberikan putusan hukuman.

Menjelang argumen pembukaan, Anggota DPR Demokrat Eric Swalwell dari California, meminta para senator fokus pada pengalaman mereka sendiri pada hari serangan itu.

"Anda tidak perlu memberi tahu siapa pun yang berada di gedung itu dua kali bagaimana rasanya diteror," kata Swalwell.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com