MOSKWA, KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri Rusia pada Jumat (15/1/2021) menarik diri dari Perjanjian Open Skies, yang merusak kesepakatan pertahanan pasca- Perang Dingin.
Pihak kementerian mengatakan bahwa keluarnya Rusia dari perjanjian itu karena AS menarik diri terlebih dahulu, yang membuat "kurangnya kemajuan" dalam mempertahankan fungsi perjanjian Open Skies.
Pada 2020, Washington mengumumkan meninggalkan perjanjian itu setelah menuduh Rusia melakukan pelanggaran, yaitu memblokir penerbangan di atas situs-situs tertentu dan melarang survei latihan militer.
Kementerian luar negeri Rusia menuding bahwa Amerika Serikat telah menggunakan "dalih fiktif" untuk menarik diri dan telah mengganggu "keseimbangan kepentingan negara-negara yang berpartisipasi".
Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Joseph Stalin dan Sejarah Kelam Rusia di Genggaman Pemimpin Otoriter
Pihaknya kemudian mengatakan, Rusia telah mengajukan proposal untuk mempertahankan "kelangsungan" perjanjian itu, tetapi tidak menerima dukungan dari Washington.
Perjanjian Open Skies memungkinkan para anggota perjanjian melakukan penerbangan pengawasan tak bersenjata di wilayah satu sama lain.
Perjanjian tersebut ditandatangani segera setelah pembubaran Uni Soviet pada 1992 dan mulai berlaku pada 2002.
Langkah itu memungkinkan negara anggota untuk melakukan penerbangan singkat di atas wilayah satu sama lain untuk memantau .
Baca juga: Otoritas Palestina Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Sputnik V Buatan Rusia
Anggotanya dari perjanjian Open Skies, di antaranya adalah negara-negara di Eropa, bekas Uni Soviet, dan Kanada.
Pakta itu memungkinkan anggotanya untuk meminta salinan gambar yang diambil selama penerbangan pengintaian yang dilakukan oleh anggota lain berdasarkan jadwal.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan