Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erdogan ke Putin: Upaya Gencatan Senjata Nagorno-Karabakh Bisa Mencakup yang Lain

Kompas.com - 26/11/2020, 19:09 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Reuters

ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Rabu (25/11/2020) bahwa dia akan membahas kemungkinan perluasan upaya mempertahankan gencatan senjata Nagorno-Karabakh termasuk negara-negara kawasan lainnya.

Dia mengatakan bahwa pembahasan itu akan dilakukannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, lapor Reuters.

Gencatan senjata yang ditandatangani pada 10 November menghentikan aksi militer di Nagorno-Karabakh dan sekitarnya, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni oleh etnis Armenia, setelah pertempuran terburuk di wilayah itu sejak tahun 1990-an.

Turki dan Rusia sepakat untuk mendirikan pusat bersama di wilayah tersebut untuk memantau gencatan senjata dengan parlemen Turki mengesahkan RUU penempatan pasukan untuk mengirim pengamat militer. 

Baca juga: Kalah dari Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, PM Armenia Akui Bertanggung Jawab

Sebelumnya, Perancis dan Amerika Serikat juga mengirim delegasi ke Moskwa untuk membahas peran dalam upaya mengamankan gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan setelah Rusia mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Nagorno-Karabakh.

Pasukan penjaga perdamaian Rusia datang ke daerah kantong Nagorno-Karabakh pada Selasa (10/11/2020). 

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengakui dirinya bertanggung jawab atas kekalahan dari Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Dia kemudian mengumumkan adanya paket kebijakan selama enam bulan untuk memastikan stabilitas demokrasi, meski pemerintahannya tengah digoyang.

Pashinyan mengabaikan tekanan dari oposisi maupun massa untuk mengundurkan diri, setelah kekalahan Yerevan di kawasan Kaukasia itu.

Baca juga: Armenia Kalah Perang dari Azerbaijan, Nagorno-Karabakh Masuki Babak Baru

Kekalahan itu terjadi setelah Armenia menerima gencatan senjata yang ditawarkan Rusia, mengakhiri perang melawan Azerbaijan selama enam pekan terakhir.

Berdasarkan kesepakatan itu, separatis yang didukung Yerevan harus mundur dari wilayah yang bisa direbut pasukan Azerbaijan, termasuk kota penting Shusha.

Adapun berapa banyak korban jiwa dari perang ini, dilansir dari AFP  Sabtu, (14/11/2020), Azerbaijan tidak menyebutkan korban tewas di pasukannya. Namun diyakini jumlah lebih besar dari yang diklaim.

Pada Jumat (13/11/2020), Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan korban tewas lebih dari 4.000 orang, dengan 8.000 lainnya terluka.

Baca juga: Erdogan Ingin Kirim Pasukan Turki ke Nagorno-Karabakh demi Membentuk Pusat Perdamaian

 

Putin juga menuturkan terdapat 143 warga sipil yang terkonfirmasi terbunuh dalam perang yang berlangsung di region Kaukasia itu.

Dia melanjutkan, puluhan ribu orang terpaksa mengungsi karena baik rumah maupun bangunan di Karabakh hancur terkena artilerti dua kubu.

Berdasarkan perjanjian damai yang disepakati, Azerbaijan bakal menguasai kota yang mereka rebut, termasuk kota terbesar Shusha.

Sementara Armenia sepakat untuk menarik diri dari mayoritas kawasan Nagorno-Karabakh dan wilayah lainnya secara berkala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com