Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perancis "Terjebak" dalam Pusaran Kontroversi Kartun Nabi Muhammad

Kompas.com - 31/10/2020, 14:12 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Dia menambahkan, "Jika kami meninggalkan kartun tersebut, bagi orang Perancis, kami meninggalkan kebebasan berekspresi, yang kemungkinan mengkritik agama."

Baca juga: Warga Perancis Marah menjadi Target Serangan Terorisme

Mempermalukan

Para editor di Charlie Hebdo menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad yang sama untuk menandai dimulainya persidangan yang telah lama ditunggu-tunggu terhadap tersangka kaki tangan dalam serangan mematikan di kantor majalah tersebut pada 2015, dengan mengatakan bahwa mereka menegaskan demokrasi Perancis.

Publikasi tersebut segera diikuti dengan pidato tokoh tertinggi negara. Presiden Emmanuel Macron merinci rencananya untuk memerangi Islamisme, dan tindakan keras pemerintah yang meluas terhadap apa yang digambarkannya sebagai individu dan organisasi Islam, gerakan yang berkontribusi pada perubahan perspektif di luar negeri.

“Publikasi dan republikasi bukanlah hal yang sama,” kata Anne Giudicelli, seorang ahli Perancis di dunia Arab yang pernah bekerja untuk kementerian luar negeri Perancis.

“Penerbitan ulang Charlie Hebdo dipandang sebagai keinginan keras untuk terus mempermalukan. Itulah yang berbeda dari (konflik) 2015. Sekarang ada kesan bahwa Perancis bermasalah dengan Islam, padahal pada 2015 Perancis adalah korban teroris," terang Giudicelli.

Baca juga: Ibu Pelaku Teror Penyerangan Pisau di Perancis Menangis dan Terkejut atas Perbuatan Anaknya

Sekularisme ketat Perancis

Berakar pada undang-undang yang didirikan pada 1905, yang pada saat itu jumlah Muslim di Perancis sangat sedikit.

Sekularisme Perancis memisahkan gereja dan negara, dan didasarkan pada gagasan bahwa iman adalah masalah pribadi dan oleh karena itu harus dibatasi cukup pada ranah privat, kata filsuf Pierre-Henri Tavoillot.

Jean Baubérot, sejarawan terkemuka sekularisme Perancis, mengatakan bahwa idenya adalah untuk mendahulukan negara. "Perancis modern menganggap tepat memantapkan dirinya melawan agama," katanya.

Sekularisme ketat Perancis juga secara tidak langsung diperkuat oleh meningkatnya sekularisasi masyarakat Perancis.

Berdasarkan laporan yang dilansir dari New York Times, hanya 8 persen orang Perancis saat ini yang secara teratur mempraktikkan keyakinan mereka, menurut laporan pada 2016 oleh Institut Montaigne yang berbasis di Paris.

Baca juga: Demo Anti-Perancis Menjalar ke Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan

Namun, bersamaan dengan itu jumlah Muslim di Perancis semakin meningkat. Sekitar 10 persen penduduk Perancis adalah Muslim, dan mereka jauh lebih religius daripada umat Kristen atau Yahudi di sana.

Laporan tersebut menemukan bahwa 31 persen Muslim mengunjungi masjid atau ruang sholat seminggu sekali.

Sehingga, menurut Baubérot penerapan prinsip laicite secara penuh akan menimbulkan pertentangan keras.

Sekularisme Perancis memegang teguh hak untuk mengkritik semua agama, tapi Perancis telah mengekang beberapa kebebasan, yaitu menyerang orang karena agama atau warna kulit mereka, dan melarang penyangkalan Holocaust.

Mohammed Moussaoui, presiden Dewan Kepercayaan Muslim Perancis, mengatakan bahwa harus ada batasan untuk sindiran ofensif dalam hal kepercayaan agama.

Baca juga: Twitnya soal Islam dan Perancis Dihapus Twitter, Mahathir: Tidak Adil

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com