Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Pelaku Teror Penyerangan Pisau di Perancis Menangis dan Terkejut atas Perbuatan Anaknya

Kompas.com - 30/10/2020, 22:19 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

NICE, KOMPAS.com - Pelaku penyerangan dengan pisau yang menewaskan tiga orang di Gereja Notre-Dame kota Nice, Perancis, dikabarkan terluka parah.

Melansir Associated Press (AP), Jumat (30/10/2020), menurut pihak berwenang Perancis, Ibrahim Issaoui (21)--media lain ada yang menyebut Brahim Assaoui, pelaku teror yang membunuh tiga korban di gereja, terluka parah dan dirawat di rumah sakit dengan kondisi yang mengancam jiwa.

Otoritas Perancis menyebut serangan itu sebagai "terorisme Islam" dan jaksa di Perancis juga di Tunisia, negara asal pelaku penyerangan, sedang melakukan penyelidikan.

Baca juga: Demo Anti-Perancis Menjalar ke Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan

Sementara itu, TV Al Arabiya milik Arab Saudi yang mewawancarai ibu pelaku teror pada Jumat (30/10/2020) mengatakan bahwa wanita itu terkejut atas peristiwa tersebut.

Dari Provinsi Sfax, Tunisia, ibu pelaku, Gamra berlinang air mata sembari mengatakan bahwa dia sangat terkejut ketika mendengar apa yang dilakukan putranya di Perancis.

"Kamu tidak bisa bahasa Perancis, kamu tidak kenal siapa pun di sana, kamu bakal tinggal sendirian di sana. Kenapa, kenapa kamu pergi ke sana?" tanya wanita itu kepada anaknya via telepon sebelum kejadian penyerangan terjadi.

Baca juga: Twitnya soal Islam dan Perancis Dihapus Twitter, Mahathir: Tidak Adil

Kakak dari pelaku teror mengatakan kepada Al Arabiya bahwa Issaoui mengabarkan keluarga dia akan tidur di depan gereja dan mengirimi mereka foto yang menunjukkan dirinya di katedral itu, tempat dia melancarkan serangannya.

"Dia tidak bilang apa pun padaku," ujar kakak dari Issaoui. Sementara itu, menurut para tetangga keluarga pelaku, Ibrahim Issaoui adalah seorang mekanik yang kerja serabutan dan tidak ada tanda-tanda dia teradikalisasi.

Jaksa kontra-terorisme Perancis Jean-Francois Ricard mengatakan bahwa pelaku adalah seorang Tunisia yang lahir tahun 1999 dan mencapai Pulau Lampedusa di Italia, titik pendaratan utama bagi para migran yang menyeberang menggunakan kapal dari Afrika Utara pada 20 September 2020.

Baca juga: Kecam Pernyataan Emmanuel Macron, Umat Islam Semarang Serukan Boikot Produk Perancis

Dari sana, Issaoui melakukan perjalanan ke Bari, sebuah kota pelabuhan di Italia Selatan pada 9 Oktober. Tidak jelas kapan dia tiba di Kota Nice.

Warga Tunisia yang melarikan diri dari tekanan ekonomi selama wabah virus corona merupakan kontingen migran terbesar yang mendarat di Italia tahun ini.

Media Italia melaporkan bahwa dari Lampedusa, di mana Issaoui adalah salah satu dari 1.300 migran yang tiba pada 20 September, dia ditempatkan bersama 800 orang lainnya di kapal karantina virus di Puglia.

Menteri dalam negeri Italia pada Jumat mengonfirmasi bahwa Issaoui diperintahkan untuk meninggalkan Italia pada 9 Oktober.

Baca juga: Tersangka Pembunuhan di Gereja Perancis: Pria Tunisia Berusia 21 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com