Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-serangan Teror, Warga Letakkan Bunga dan Lilin di Depan Gereja Notre-Dame

Kompas.com - 31/10/2020, 08:47 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

NICE, KOMPAS.com - Para pelayat menyalakan lilin dan berdoa di depan Gereja Notre-Dame, Kota Nice, Perancis selatan, pada Jumat (30/10/2020), atas insiden tragis tewasnya 3 orang yang ditikam dengan salah satunya terpenggal.

Di depan gereja itu, banyak warga meletakkan lilin, bunga, dan pesan-pesan duka. Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Kamis (29/10/2020) menyebut serangan pisau itu sebagai "serangan teroris Islamis".

Keamanan pun ditingkatkan di seluruh Perancis, khususnya di berbagai tempat ibadah dan sekolah-sekolah, karena insiden serupa pertama menimpa seorang guru yang mengajar kelas kebebasan berekspresi dengan menampilkan kartun Nabi Muhammad.

Baca juga: Ibu Pelaku Teror Penyerangan Pisau di Perancis Menangis dan Terkejut atas Perbuatan Anaknya

Keteguhan Macron mempertahankan penerbitan kartun Nabi Muhammad memicu kemarahan di sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Pelaku penyerangan di Gereja Notre-Dame adalah seorang pria Tunisia berusia 21 tahun yang baru-baru ini tiba di Eropa, bernama Ibrahim Issaoui--media lain menyebut Brahim Assaoui.

Melansir Associated Press (AP), saat ini kondisinya dilaporkan kritis di rumah sakit setelah ditembak polisi.

Baca juga: Emmanuel Macron: Perancis Sedang Diserang

Pihak Dewan Muslim Perancis merespons insiden tragis di Kota Nice itu dengan mengecamnya. Mengutip BBC, mereka menyatakan kedukaan terhadap para korban dan keluarga.

Media Charlie Hebdo menimbulkan amarah umat Islam setelah mencetak ulang karikatur Nabi besar umat Islam, Muhammad SAW yang awalnya diterbitkan majalah Denmark tahun 2005.

Kartun itu dipandang sebagai bentuk penghinaan terhadap Islam dan banyak Muslim di seluruh dunia merasa benar-benar terluka, tetapi mengutuk keras kekerasan yang datang sebagai respons atas penerbitan kartun itu.

Baca juga: Demo Anti-Perancis Menjalar ke Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan

Pada tahun 2011, kantor Charlie Hebdo dibom setelah menerbitkan edisi "lelucon" yang "mengundang" sang Nabi untuk menjadi editor tamu dengan karikatur di sampul majalah itu.

Setahun kemudian, media itu menerbitkan lebih banyak lagi gambar sang Nabi di tengah keributan atas film anti-Muslim.

Kartun-kartun tersebut menggambarkan sang Nabi dalam keadaan telanjang dan dalam pose-pose yang merendahkan.

Pemerintah Perancis sendiri masih membela kebebasan berbicara, bahkan saat menegur Charlie Hebdo yang mengipasi ketegangan.

Baca juga: Cetak Kartun Nabi Muhammad Lagi, Majalah Charlie Hebdo Ludes Terjual Sehari

 

Pada Januari 2015, dua ekstremis Al Qaeda kelahiran Perancis yang marah karena karikatur itu menyerbu ruang redaksi dan menewaskan 12 orang, termasuk pemimpin redaksi dan beberapa kartunis lainnya.

Sejak sidang dibuka bulan lalu atas serangan 2015 yang menewaskan 12 kartunis Charlie Hebdo, media satire itu menghabiskan hampir setengah dari sampul mingguannya untuk mengejek ekstremisme Islam.

“Kami membutuhkan tindakan yang kuat untuk menghentikan Islamisme, tetapi juga untuk mengutuk tindakan sekecil apa pun, kata-kata yang tidak toleran atau penuh kebencian terhadap orang-orang Perancis dari latar belakang imigran."

Baca juga: Insiden Penikaman di Bekas Kantor Charlie Hebdo, 4 Orang Jadi Korban

 

"Karena Perancis tidak terbagi antara Muslim dan non-Muslim, antara beriman dan tidak beriman, antara orang-orang dengan akar Perancis dan orang-orang Perancis dari latar belakang imigran," tulis editor Charlie Hebdo, Riss, dalam editorial pekan ini.

"Tidak, Perancis terbagi antara demokrat dan anti-demokrat."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com