Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Pelaku Teror di Perancis: Kami Ingin Bukti, jika Benar, Hukum Dia

Kompas.com - 31/10/2020, 09:20 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

TUNIS, KOMPAS.com - Keluarga, tetangga, dan kerabat dari Ibrahim Issaoui (21)--beberapa media menyebut juga Brahim Assaoui--  tersangka penyerang di Gereja Notre-Dame, kota Nice, Perancis Selatan pada Kamis (29/10/2020) mengaku terkejut kepada wartawan.

Berbicara kepada Associated Press (AP), saudara laki-laki Ibrahim Issaoui, Wissem mengatakan, "Saya ingin lihat (rekaman) saudara saya memasuki gereja, tolong biarkan saya melihat video ketika dia masuk. Tunjukkan pada saya bahwa memang benar dia yang melakukan penyerangan dan hakimi dia sebagai teroris (jika benar).

Tunjukkan pada saya serangan itu, saya tidak yakin gereja tidak punya kamera pengawas, saya yakin kota di Perancis pasti diawasi dengan kamera pengintai di mana-mana. Saya juga ingin melihat pakaian-pakaiannya selama penyerangan, jika memang dia terbukti menyerang, dia akan bertanggung jawab."

Baca juga: Warga Perancis Marah menjadi Target Serangan Terorisme

Singkatnya, keluarga Ibrahim Issaoui menginginkan bukti bahwa anggota keluarga mereka itu melakukan penyerangan.

Sementara ibu dari pelaku, Gamra yang diliputi kesedihan mengatakan bahwa dia menginginkan kebenaran tentang bagaimana putranya bisa diduga melakukan serangan teror tragis ini.

Selain keluarga, tetangga pelaku teror juga berbicara soal sosok pria itu. Beberapa dari mereka berpendapat bahwa Ibrahim Issaoui ingin pindah ke Eropa "untuk memperbaiki situasinya seperti para pemuda lain yang mengubah situasi hidup mereka".

Baca juga: Ibu Pelaku Teror Penyerangan Pisau di Perancis Menangis dan Terkejut atas Perbuatan Anaknya

Salah satu dari tetangga pelaku teror yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa Ibrahim Issaoui tidak ada tanda-tanda potensial dalam melakukan serangan teror.

"Saya tidak melihat dia menjadi keras atau ada perubahan dari perilakunya. Dia tidak pernah membuat orang lain merasa takut," kata tetangga itu.

Ahmed Kid, seorang teman Issaoui, mengatakan dia mengingat Issaoui sebagai seseorang yang "mencintai semua orang, seperti teman-temannya, dan orang lain".

Baca juga: Demo Anti-Perancis Menjalar ke Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan

"Dia pindah ke Eropa karena ingin memperbaiki situasi seperti pemuda lainnya, memperbaiki situasi keluarga dan kehidupan," ujar Ahmed. 

Tetangga yang lain mengatakan bahwa pelaku "pergi shalat lalu kembali ke rumah", dan tidak melihat adanya tanda-tanda abnormal dari diri si pelaku.

Ayah dari pelaku teror juga angkat bicara, "Kami ingin melihat (bukti) bagaimana dia melakukan serangan. Kami ingin kebenaran. Jika itu memang dia, dia harus dihukum."

Gamra, ibu dari pelaku teror kemudian berbicara lagi, "Saya telah menunjukkan kepada dunia apa yang saya pikirkan dan saya ingin Anda semua mengatakan kepada saya apa yang diungkapkan pihak gereja.

Baca juga: Pesan Terakhir Ibu 3 Anak yang jadi Korban Penyerangan di Gereja Nice Perancis

 

"Kami ingin kebenaran tentang bagaimana putra kami melakukan serangan teror. Saya ingin melihat video dari kamera pengintai. Saya tidak akan menyerahkan hak-hak anak saya di luar negeri. Saya ingin putra saya (kembali) hidup atau mati."

Salah satu tetangga bernama Lassad Choura mengatakan bahwa keluarga itu dan semua keluarga di lingkungan itu miskin.

"Dia (Ibrahim) hanya pria 21 tahun yang ingin bermigrasi ke Eropa untuk memperbaiki hidupnya seperti kebanyakan orang lain. 

Baca juga: Detik-detik Teror Brutal di Gereja Notre-Dame Perancis

Dia hidup dalam kepayahan, kelaparan dan mencoba pindah seperti para pemuda lainnya. Keluarganya miskin. Kami semua miskin. Semua orang di sini saling kenal satu sama lain."

Serangan di kota Nice itu adalah serangan ketig dalam waktu kurang dari 2 bulan dan dikaitkan oleh Otoritas Perancis dengan ekstremis muslim.

Termasuk insiden pemenggalan kepala seorang guru yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad dalam kelas bebas berekspresinya setelah gambar-gambar itu diterbitkan ulang oleh media satir Perancis, Charlie Hebdo.

Baca juga: Tersangka Pembunuhan di Gereja Perancis: Pria Tunisia Berusia 21 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com