Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliansi Teh Susu: Demonstran Thailand Tiru Taktik Pedemo Hong Kong

Kompas.com - 22/10/2020, 21:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Pada Senin (19/10/2020), halaman utama Facebook Free Youth meminta pendapat para pendukungnya tentang apakah mereka harus istirahat.

Jika mereka memilih istirahat, mereka diminta membalas dengan emotikon "care". Jika mereka mau lanjut demo, mereka diminta membalas dengan emotikon "wow".

Para pengguna memutuskan untuk terus maju berdemo.

Para pengunjuk rasa Thailand sekarang mencoba untuk "tetap sedatar mungkin, membuat kepemimpinan terbuka yang dapat digantikan", kata Aim Sinpeng, seorang ilmuwan politik di Universitas Sydney.

"Ini sangat berbeda dari protes di masa lalu di Thailand, yang cenderung dipersonalisasi di sekitar para pemimpin yang sering kali merupakan orang-orang berpengaruh."

Penggunaan tagar #everybodyisaleader (semua adalah pemimpin) telah berkembang di media sosial dalam beberapa hari terakhir, sebagai upaya untuk "memulai kembali gerakan... untuk melindungi diri dari persekusi negara", kata Dr Aim, yang penelitiannya berfokus pada politik digital di Asia Tenggara.

Baca juga: PM Thailand Berencana Segera Cabut Dekrit Darurat di Tengah Meluasnya Kericuhan

Bahasa protes baru: Isyarat tangan dan "telepon hutan"

Selama akhir pekan bahasa baru berkembang di jalanan Kota Bangkok, hal yang sebelumnya terjadi juga di Hong Kong.

Untuk memberi tanda bahwa mereka membutuhkan helm, para aktivis mengangkat tangan dalam bentuk segitiga di atas kepala.

Dengan menyilangkan jari, mereka menunjukkan seseorang terluka.

Memutar jari telunjuk ke arah berlawanan arah jarum jam adalah peringatan untuk bubar.

Penggunaan isyarat tangan yang cerdas pertama kali dapat dilihat di Hong Kong. Isyarat itu sangat diperlukan bagi pengunjuk rasa yang berkomunikasi di antara kerumunan besar.

Aktivis Thailand telah mengadopsi penggunaan isyarat tangan ini serta membuat sinyal lokal yang dibagikan melalui infografis di media sosial.

Sejak pengeras suara mereka disita, para aktivis menggunakan metode komunikasi inovatif lainnya, kata Wasana Wongsurawat, seorang profesor sejarah di Universitas Chulalongkorn.

Pada sebuah protes di Bangkok pada Sabtu (17/10/2020), dia menyaksikan para aktivis menyebarkan apa yang dia gambarkan sebagai "telepon hutan" untuk memberi tanda kedatangan polisi atau meminta alat-alat yang dibutuhkan, seperti payung bagi mereka yang berada di garis depan protes.

Baca juga: Terus Beritakan Aksi Anti-Pemerintah, Pemerintah Thailand Tutup Kantor Berita Ini

"Seseorang akan berteriak 'meriam air datang'. Kemudian orang-orang di kerumunan itu mulai mengulangi kalimat itu. Dalam dua menit, pesan tersebut menyebar dari satu sisi demonstrasi ke sisi lainnya," kata Dr Wasana kepada BBC.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com