Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliansi Teh Susu: Demonstran Thailand Tiru Taktik Pedemo Hong Kong

Kompas.com - 22/10/2020, 21:30 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

BANGKOK, KOMPAS.com - Para pegiat demokrasi Thailand semakin meniru taktik yang digunakan demonstran di Hong Kong dalam menentang larangan berkumpul, setelah berbulan-bulan melakukan protes yang menargetkan perdana menteri dan raja.

Ketika pengunjuk rasa di Bangkok menggunakan payung untuk melindungi diri dari gas air mata yang ditembakkan untuk pertama kalinya pada Jumat (16/10/2020), aksi itu amat mirip dengan demonstrasi anti-pemerintah yang mengguncang Hong Kong tahun lalu.

Dari helm, masker gas, flashmob, hingga isyarat tangan, gerakan mahasiswa Thailand tampak memakai pengalaman para aktivis muda Hong Kong dalam perjuangan mereka untuk perubahan.

Berikut tiga hal yang terjadi dalam protes Thailand, yang mirip dengan apa yang dilakukan di Hong Kong.

Baca juga: Massa Pro-Kerajaan Thailand Turun ke Jalan, Bentrok dengan Mahasiswa

Gerakan tanpa pemimpin: "Kita semua adalah pemimpin hari ini"

Setelah banyak pimpinan demonstran ditangkap pekan lalu, para aktivis mengubah taktik.

"Mereka pikir menangkap para pemimpin akan menghentikan kami," kata Pla, seorang demonstran berusia 24 tahun, kepada ribuan pengunjuk rasa di Monumen Kemenangan Bangkok pada Minggu (18/10/2020).

"(Penangkapan) itu tidak ada gunanya. Kita semua adalah pemimpin hari ini. "

Pengunjuk rasa pro-demokrasi di Bangkok memberi hormat tiga jari, yang merujuk Hunger Games.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Pengunjuk rasa pro-demokrasi di Bangkok memberi hormat tiga jari, yang merujuk Hunger Games.
Tidak adanya kepemimpinan terpusat adalah ciri khas demonstrasi yang mengguncang Hong Kong selama tujuh bulan berturut-turut - sesuatu yang menurut banyak orang membuat gerakan itu bisa bertahan lama.

Meskipun ada beberapa sosok yang dianggap sebagai pimpinan, pengambilan keputusan dilakukan dengan melibatkan massa pengunjuk rasa, biasanya menggunakan forum online dan aplikasi bertukar pesan Telegram. Mereka kemudian berkumpul dalam jumlah besar dengan cepat.

Baca juga: Warga Thailand Ultimatum PM Prayut Chan-o-cha untuk Mengundurkan Diri dalam 3 Hari Ini

Di Thailand, penggunaan Telegram telah meroket dalam beberapa hari terakhir.

Para pengunjuk rasa menggunakannya untuk mengoordinasikan aksi unjuk rasa sejak pemerintah melarang pertemuan politik lebih dari empat orang pekan lalu.

Sebuah grup yang dimulai oleh Free Youth, salah satu perkumpulan aksi utama, memiliki 200.000 pengikut di Telegram sesaat setelah diluncurkan.

Pihak berwenang Thailand meresponsnya dengan memerintahkan penyedia internet memblokir aplikasi tersebut.

Banyak orang Thailand bergabung ke Telegram sebagai pengamat, tapi anggota yang aktif menggunakan sarana tersebut untuk menyusun strategi - mulai dari menentukan tempat demonstrasi hingga saling memberi informasi soal keberadaan polisi.

Seperti pengunjuk rasa Hong Kong, aktivis Thailand mengambil keputusan dalam pemungutan suara.

Baca juga: Gagal Redakan Demo, PM Thailand Cabut Dekrit Darurat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com