Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejabat AS Sebut Iran dan Rusia Campur Tangan Pilpres AS 2020

Kompas.com - 22/10/2020, 09:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - "Iran bertanggung jawab atas surel yang dikirim untuk mengintimidasi pemilih Amerika dan menabur kerusuhan di banyak negara bagian," ujar pejabat Amerika Serikat (AS) pada Rabu malam (21/10/2020).

Selain itu, pejabat AS tersebut juga menyebut Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden mendatang.

Pengumuman itu disampaikan pada konferensi pers yang jarang terjadi, dilakukan 2 pekan sebelum pemilihan presiden karena adanya kekhawatiran campur tangan negara asing dalam pilpres AS.

Upaya-upaya campur tangan itu seperti menyebarkan kabar palsu yang membuat pemilih Amerika ragu.

Baca juga: Microsoft: Hacker Rusia Targetkan Kampanye Pilpres AS

“Tindakan ini adalah upaya menyedihkan oleh musuh yang menyedihkan,” kata John Ratcliffe, pejabat intelijen tinggi pemerintah AS, yang, bersama dengan Direktur FBI Chris Wray, bersikeras AS akan membebankan biaya pada negara asing mana pun yang ikut campur dalam pemilu AS 2020.

Iran dan Rusia juga telah memperoleh informasi pendaftaran pemilih, meski data tersebut dianggap mudah diakses.

Terlepas dari tindakan Iran dan Rusia, para pejabat mengatakan orang Amerika dapat yakin bahwa suara mereka akan dihitung.

Meski peretas Rusia yang didukung negaranya diketahui telah menyusup ke infrastruktur pemilu AS pada 2016, tidak ada bukti bahwa Iran pernah melakukannya. Pakar keamanan siber menganggapnya sebagai aktor kelas dua dalam spionase online.

Baca juga: Biden Perkasa di Survei, Bagaimana Peluang Trump 2 Minggu Jelang Pilpres AS?

Konferensi pers diadakan saat para pemilih Demokrat di setidaknya empat negara bagian medan pertempuran, termasuk Florida dan Pennsylvania, telah menerima surel yang mengancam, yang mengaku berasal dari kelompok sayap kanan Proud Boys.

Surel itu memperingatkan dengan bunyi, “kami akan mengejarmu” jika penerimanya tidak memilih Presiden Donald Trump.

Operasi intimidasi pemilih tampaknya menggunakan alamat surel yang diperoleh dari daftar pendaftaran pemilih negara bagian, yang mencakup afiliasi partai dan alamat rumah serta dapat menyertakan alamat surel dan nomor telepon.

Alamat tersebut kemudian digunakan dalam operasi spamming bertarget yang tampaknya tersebar luas.

Para pengirim mengklaim bahwa mereka akan tahu kandidat mana yang dipilih penerima dalam pemilihan 3 November, yang mana pemungutan suara awal masih berlangsung.

Baca juga: Pilpres AS 2020, Ini 9 Negara Bagian yang Bakal Jadi Kunci Kemenangan

Pejabat federal telah lama memperingatkan tentang kemungkinan operasi semacam ini, karena daftar pendaftaran semacam itu tidak sulit diperoleh.

"Surel ini dimaksudkan untuk mengintimidasi dan merusak kepercayaan pemilih Amerika dalam pemilihan kami," Christopher Krebs, pejabat keamanan pemilihan tertinggi di Departemen Keamanan Dalam Negeri, melalui cuitannya Selasa malam setelah laporan surel pertama kali muncul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com