Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akan Pulang ke Rusia, Alexei Navalny Ancam Putin

Kompas.com - 01/10/2020, 20:26 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

BERLIN, KOMPAS.com - Kritikus Kremlin Alexei Navalny berjanji segera pulang ke Rusia setelah pulih sepenuhnya dari keracunan, dan memberi ancaman ke Putin.

"Tidak pulang berarti Putin mencapai tujuannya. Dan tugas saya sekarang adalah bertahan jadi orang yang tidak takut," katanya kepada mingguan Der Spiegel di wawancara pertamanya usai siuman dari koma, yang diterbitkan Kamis (1/10/2020).

"Saya tidak akan membawakan Putin hadiah dengan tidak kembali ke Rusia," lanjutnya seraya menambahkan bahwa "tugasku adalah pulih secepat mungkin sehingga saya bisa pulang."

Baca juga: Keracunan Novichok, Alexei Navalny Tuduh Putin Dalangnya

Dalam wawancara yang berlangsung hampir 2 jam, pria 44 tahun itu memberikan rincian mencekam tentang bagaimana dia pingsan dalam penerbangan dari Tomsk ke Moskwa, setelah diracuni oleh racun saraf Novichok era Soviet, dalam temukan dokter-dokter di Barat.

Dia menjelaskan kepada awak kabin bahwa dia telah diracuni sebelum tumbang ke lantai.

"Lalu aku mendengar suara-suara yang semakin pelan, seorang wanita berteriak, 'Jangan pingsan!' Begitulah. Aku tahu aku sudah mati. Baru kemudian aku menyadari aku salah," tuturnya dikutip dari AFP.

Baca juga: Navalny: Ada Racun Novichok di Dalam dan Luar Tubuhku

Terlepas dari pengalamannya yang nyaris berujung maut, dia mengatakan akan melanjutkan aktivitasnya setelah pulang ke Rusia.

"Saya akan terus bepergian melintasi Rusia, tinggal di hotel dan minum air yang ada di kamar. Apa yang bisa saya lakukan sebaliknya? Orang tidak bisa berbuat banyak untuk melawan para pembunuh tak terlihat dari Putin."

Diberitakan AFP, untuk saat ini Navalny tinggal di Berlin bersama istri dan putranya, karena menjalani proses rehabilitasi yang panjang.

Baca juga: Mengaku Pencipta Racun Novichok, Ilmuwan Ini Minta Maaf ke Navalny

"Aku jalan-jalan pagi di taman, itu tugasku, lalu aku senam dengan dokter, lalu malam hari aku jalan lagi," terangnya.

Dia juga mulai latihan juggling, katanya "untuk meningkatkan koordinasi, sehingga tangan akan bergerak searah dengan mata."

Perawatan Navalny dipindah ke Berlin setelah dia pingsan pada Agustus dalam penerbangan ke Moskwa, usai berkampanye untuk mendukung kandidat oposisi di pilkada.

Kritikus Kremlin itu dipulangkan lebih dari seminggu yang lalu dari rumah sakit Berlin tempatnya dirawat.

Baca juga: Kritikus Kremlin, Navalny Unggah Foto Turun Tangga di Instagram Setelah Sadar dari Koma

Jerman yang mengepalai Uni Eropa mengatakan, tek toksikologi menunjukkan Navalny diracuni oleh racun kelas militer, Novichok.

Perancis dan Swedia secara independen menguatkan temuan Jerman.

Kremlin dengan tegas membantah tuduhan keterlibatan, dan menuduh para pemimpin Barat melancarkan kampanye disinformasi atas penyakit pemimpin oposisi itu.

Mereka juga menunjukkan tes yang dilakukan dokter-dokter Rusia saat pertama kali merawat Navalny, bahwa tidak ada yang membuktikan adanya zat beracun.

Baca juga: Kremlin: Barang Buktinya di Luar Negeri, Susah Selidiki Keracunan Navalny

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com