Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Terbesar di Thailand Pecah Sejak 6 Tahun Terakhir

Kompas.com - 17/08/2020, 09:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

BANGKOK, KOMPAS.com - Demo anti-pemerintahan terbesar di Thailand sejak enam tahun lalu pecah pada Minggu (16/8/2020).

Sekitar 10.000 demonstran turun ke jalan di Bangkok dan meneriakkan “turunkan kediktatoran” dan “negara milik rakyat” sebagaimana dilansir dari Reuters.

Ada juga teriakan untuk mengekang kekuatan monarki Thailand di mana pelecehan terhadap Kerajaan Thailand sangat dilarang.

Para demonstran juga menuntut Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, untuk mundur dari jabatannya.

Para pelajar telah menginisiasi protes hampir setiap hari selama sebulan terakhir. Namun aksi demonstrasi yang pecah pada Minggu adalah yang terbesar sejak 2014 di Thailand.

Baca juga: Tiga Aktivis Ditangkap, Demo di Thailand Makin Panas

Salah satu aktivis, Patsalawalee Tanakitwiboonpon, menuntut pemilihan ulang dan anggota parlemen baru dari rakyat.

“Yang terakhir, impian kami adalah memiliki monarki yang benar-benar di bawah konstitusi,” kata Tanakitwiboonpon.

Juru bicara pemerintah, Traisulee Traisoranakul, mengatakan kepada wartawan bahwa Prayuth memerintahkan kabinet mengambil langkah membangun pemahaman antar-generasi

"Perdana menteri menyampaikan keprihatinannya kepada para pejabat dan kepada pengunjuk rasa untuk menghindari kekerasan," kata Traisoranakul.

Hingga saat ini, belum ada komentar langsung dari pihak Kerajaan Thailand.

Baca juga: Di Tengah Demo Besar, Kerajaan Thailand Berpesta Rayakan Ulang Tahun Ibu Ratu

Prayuth memenangkan pemilu tahun lalu. Menurut oposisi, konstitusi yang disahkan pada 2017 berperan besar dalam kemenangan partai Prayuth pada pemilu tahun lalu.

Partai oposisi paling vokal kemudian dibubarkan oleh pemerintah.

Tuduhan korupsi, penangkapan sejumlah aktivis, dan dampak ekonomi dari pandemi virus corona juga semakin memicu kemarahan publik.

“Kami melihat pergeseran dalam strategi gerakan yang dipimpin pemuda menjadi lebih inklusif,” kata Titipol Phakdeewanich, Dekan Fakultas Ilmu Politik dari Universitas Ubon Ratchathani University.

Sejumlah kelompok pelajar juga telah mengajukan 10 tuntutan reformasi terhadap kekuasaan monarki Raja Vajiralongkorn.

Baca juga: Demo, Pelajar Thailand Hadapi Militer Pelahap Maut

Pasal penghinaan kepada Kerajaan Thailand, lese majeste, menetapkan hukuman penjara 15 tahun bagi siapa saja yang mengkritik monarki.

Namun Prayuth mengatakan pasal tersebut jangan dulu dipakai untuk saat ini.

Ketika protes anti-pemerintah sedang berlangsung, beberapa loyalis kerajaan menggelar aksi tandingan dengan mengibarkan bendera Thailand dan membawa foto raja dan bangsawan lain dalam bingkai warna emas.

“Saya tidak peduli jika mereka memprotes pemerintah tetapi mereka tidak bisa menyentuh monarki,” kata Sumet Trakulwoonnoo, pemimpin kelompok loyalis kerajaan dari Pusat Koordinasi Pelajar Vokasi Perlindungan Lembaga Nasional (CVPI).

Sejauh ini, gelombang protes yang terjadi di Thailand tidak bermuara pada aksi kekerasan. Aksi berjalan relatif damai.

Baca juga: Aksi Demo di Thailand Meluber ke Kota-kota Lain

Setelah lebih dari sembilan jam, aksi demonstrasi bubar.

Sejumlah aktivis menuju ke kantor polisi terdekat dan menantang petugas untuk menangkap mereka jika ada surat perintah dengan tuduhan mengorganisir demonstrasi.

Polisi tidak menangkap siapa pun dan para aktivis kemudian pergi. Polisi tidak memberikan komentar kepada media.

Sebelumnya, tiga aktivis telah ditangkap dengan tuduhan melanggar batasan dalam mengorganisir aksi protes.

Mereka telah dibebaskan dengan jaminan. Namun polisi mengatakan, surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk 12 aktivis lain sementara yang lain sedang diselidiki.

Baca juga: Raja Thailand Ulang Tahun Beri Hadiah Hukuman Penjara Seumur Hidup Narapidana Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com