BANGKOK, KOMPAS.com - Benjamaporn Nivas (15) hampir tidak tampak seperti pembangkang. Padahal, dia berada di garis depan pemberontakan pemuda di Thailand, melawan pengaruh militer yang kuat di sekolah dan masyarakat.
Melansir Straits Times, sejak awal 2020, para pelajar di Thailand telah memprotes peraturan sekolah yang ketat seperti yang diberlakukan rezim militer masa lalu.
Seperti, mewajibkan rambut murid laki-laki dipotong cepak dan rambut anak perempuan dipotong pendek di bawah telinga.
Selama berpekan-pekan sejak awal tahun itu, pelajar di Thailand melakukan demonstrasi dengan mengenakan seragam sekolah atau bahkan memakai kostum budaya pop.
Mulai dari Japan pop sampai kostum Harry Potter, mereka menggelar aksi unjuk rasa di seluruh Thailand, mendesak angkatan bersenjata untuk tidak ikut campur politik dan menghormati hak asasi manusia.
Baca juga: Aksi Demo di Thailand Meluber ke Kota-kota Lain
Pada Senin (10/8/2020), banyak massa berkumpul mendukung protes anak muda tersebut.
Benjamaporn memberi komentar soal aturan rambut, "Negara mana yang punya aturan semacam ini kalau bukan negara diktator macam Korea Utara?"
Menurut Benjamaporn, pemerintah Thailand ingin anak-anak muda itu menjadi 'robot' yang patuh pada perintah.
Thailand mungkin tampil dengan citra negara yang santai, tempat berlibur yang menyenangkan dan cocok bagi pecinta sinar matahari, bagus bagi para peselancar serta bebas dalam urusan seksualitas dan hedonisme.
Tapi nyatanya, menurut para kritikus, Thailand memiliki aturan yang memuliakan hierarki yang tidak sesuai dengan kehidupan modern. Aturan itu menimpa utamanya pada yang lebih muda.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan