BANGKOK, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa menentang pemerintah di Bangkok ibu kota Thailand makin panas, usai tiga aktivis yang memimpin gerakan pro-demokrasi ditangkap.
Hampir setiap hari demonstrasi terjadi di Thailand selama sebulan terakhir. Kelompok-kelompok yang dipimpin mahasiswa mengecam Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha.
Parit Chiwarak seorang pemimpin mahasiswa terkemuka yang dibebaskan sehari setelah penangkapannya pada Jumat malam (14/8/2020), berjanji akan turun lagi ke jalan pada Minggu (16/8/2020) di Monumen Demokrasi Bangkok.
Baca juga: Di Tengah Demo Besar, Kerajaan Thailand Berpesta Rayakan Ulang Tahun Ibu Ratu
"Kami tidak akan mengecewakan kalian," katanya pada massa pendukung di luar kantor polisi setelah dia dibebaskan, dikutip dari AFP.
Penggelar unjuk rasa berharap ada ribuan orang yang berpartisipasi, sedangkan ratusan personel polisi terlihat di lokasi sebelum dimulainya demonstrasi.
Para pengunjuk rasa sebagian terinspirasi oleh demo di Hong Kong, dan mengklaim mereka tidak dipimpin siapa pun. Sebagian besar menyebut ajakan di media sosial menggerakkan mereka untuk turun ke jalan.
Tagar "Beri batas waktu untuk kediktatoran" dan "Tag teman Anda untuk protes" mulai jadi trending topic pada Minggu pagi di Twitter Thailand.
Baca juga: Demo, Pelajar Thailand Hadapi Militer Pelahap Maut
Para demosntran menuntut perombakan pemerintah dan penulisan ulang konstitusi bernaskah militer 2017, yang mereka yakini berperan besar dalam kemenangan partai Prayuth di pemilu tahun lalu.
Unjuk rasa pekan lalu dihadiri sekitar 4.000 demonstran. Mereka juga menyerukan penghapusan UU yang melindungi monarki Thailand, dan meminta peran lembaga kerajaan di Thailand dibuka blak-blakan.
Raja Maha Vajiralongkorn yang kaya raya duduk di singgasana kerajaan Thailand, diapit oleh militer dan elite bisnis miliarder kerajaan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan