Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 3 Wanita Korban Selamat dari Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki 75 Tahun Silam

Kompas.com - 04/08/2020, 17:08 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

TOKYO, KOMPAS.com - Jumlah korban yang terbunuh saat itu tercatat sekitar 140.000 dari 350.000 penduduk yang ada di Hiroshima, dan sekitar 74.000 orang yang terbunuh di Nagasaki.

Pengeboman itu mengakhiri perang secara tiba-tiba di Asia, dengan Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.

Kemudian yang selamat dalam pengeboman saat itu dikenal dengan sebutan Hibakusha. Mereka yang selamat telah berhasil lolos dalam menghadapi dampak yang mengerikan dari bom atom, mulai dari keracunan radiasi hingga trauma psikologis.

Melansir BBC pada Sabtu (2/8/2020), tiga wanita Hibakusha menceritakan tentang kejadian 75 tahun silam yang masih mereka ingat kuat kepada seorang jurnalis foto Inggris, Lee Karen Stow.

Teruko Ueno

Teruko Ueno sebagai perawat di Rumah Sakit Palang Merah Hiroshima beberapa tahun setelah jatuhnya bom atom (kiri) dan Teruko pada 2015.LEE KAREN STOW VIA BBC Teruko Ueno sebagai perawat di Rumah Sakit Palang Merah Hiroshima beberapa tahun setelah jatuhnya bom atom (kiri) dan Teruko pada 2015.

Saat pengeboman terjadi di Hiroshima 6 Agustus 1945, Teruko yang selamat masih berusia 15 tahun.

Teruko tengah menempuh pendidikan tahun keduanya di sekolah keperawatan di Rumah Sakit Palang Merah, Hiroshima.

Setelah bom meledak, asrama sekolahnya di rumah sakit terbakar. Teruko membantu memadamkan apinya, tetapi banyak teman-temannya yang sudah tewas dalam kobaran api.

Dalam ingatannya, seminggu setelah pengeboman terjadi, ia bekerja siang dan malam untuk merawat korban dengan luka-luka mengerikan. Sementara, ia dan para orang yang selamat tidak memiliki persediaan makanan dan air yang cukup.

Setelah lulus, Teruko terus bekerja di rumah sakit, di mana dia membantu operasi yang melibatkan pencangkokan kulit.

Kulit diambil dari paha pasien dan dicangkokkan ke daerah yang mengalami keloid akibat luka bakar.

Dia kemudian menikahi Tatsuyuki, yang selamat dari bom atom.

Baca juga: Kisah Mengharukan Penyintas Bom Hiroshima-Nagasaki, Berharap Tak Ada Lagi Senjata Nuklir

Ketika Teruko hamil dengan anak pertama mereka, khawatir apakah bayi itu akan lahir sehat dan apakah bayi itu akan selamat.

Dengan adanya putrinya, Tomoko, yang lahir dan bertumbuh, memberikan Teruko keberanian dalam membesarkan keluarganya.

"Aku belum pernah ke Neraka, jadi aku tidak tahu seperti apa rasanya, tapi Neraka mungkin seperti apa yang kita alami. Jangan sampai hal itu terjadi lagi," kata Teruko.

"Ada orang yang melakukan upaya keras untuk menghapuskan senjata nuklir. Saya pikir langkah pertama adalah membuat para pemerintah daerah mengambil tindakan. Kemudian kita harus menjangkau para pemimpin pemerintahan nasional, dan seluruh dunia."

"Orang-orang mengatakan tidak ada rumput atau pohon yang akan tumbuh di sini selama 75 tahun, tetapi Hiroshima bangkit kembali sebagai kota dengan tanaman hijau dan sungai yang indah," kata putri Teruko, Tomoko.

Namun, hibakusha ini terus menderita berbagai efek radiasi.

Sementara ingatan Hiroshima dan Nagasaki memudar dari benak orang-orang. Hibakusha ini masih mengiinigatnya. 

Baca juga: Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki Disiapkan Selama 6 Tahun, Ini Prosesnya

"Masa depan ada di tangan kita. Perdamaian hanya mungkin terjadi jika kita memiliki imajinasi, memikirkan orang lain, menemukan apa yang bisa kita lakukan, mengambil tindakan, dan melanjutkan upaya tanpa lelah setiap hari untuk membangun perdamaian," ujar Teruko.

Kuniko, cucu perempuan Teruko, hany abis amembayangkan peristiwa yang terjadi saat itu yang diamali oleh para Hibakusha.

"Saya tidak mengalami perang atau pemboman atom, saya hanya tahu Hiroshima setelah dibangun kembali. Saya hanya bisa membayangkan," ujar Kuniko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com