Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap Laporan Pasukan Khusus Inggris di Afghanistan Mengeksekusi Warga Sipil Tidak Bersenjata

Kompas.com - 02/08/2020, 22:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Respons seorang perwira senior ini menguraikan apa yang tampaknya menjadi kasus utamanya.

Ia menggambarkan kematian dari sepupu Saifullah, Ahmad Shah. "Pada dasarnya untuk yang ke-10 kalinya dalam 2 minggu terkahir, ketika mereka mengirim B (pria Afghanistan kembali ke A (gudang), untuk membuka tirai. Dia muncul kembali dengan AK (senapa serbu AK-47)."

Email terakhir berisi informasi penembakan di luar ruangan terhadap salah satu hingga 2 saudara laki-laki, Saddam.

Baca juga: Industri Teknologi Seks Laku Keras Selama Pandemi, Pemerintah Inggris Tanamkan Investasi

"Dan akhirnya mereka (pasukan SAS) menembak seorang laki-laki yang bersembunyi di balik semak-semak dan membawa granat di tangan. Anda tidak bisa melakukannya!"

Namun, dalam rincian laporan, ada yang aneh dari kematian itu, di mana para pria Afghanistan memiliki senapan serbu AK-47 dan granat dari tempat tidur, serta di balik tirai yang petugas SAS perintahkan untuk dibuka, telah membuat heran.

Dalam satu catatan yang ditulis pada hari pembunuhan, seorang perwira mengatakan dia telah melakukan pertemuan "sangat sulit" dengan kolonel yang bertanggung jawab atas unit mitra Afghanistan (APU) tentang insiden itu.

Kolonel itu membawa sembilan tentaranya, salah satunya adalah kerabat keluarga Saifullah, yang memberi jaminan bahwa orang-orang yang telah SAS bunuh itu adalah guru dan petani, bukan pendukung Taliban.

Pertemuan itu dianggap telah menjadi sangat panas, sehingga seorang prajurit Afghanistan menarik pistolnya, dan diminta untuk menembak salah seorang mentornya di Special Boat Squadron (SBS), resimen maritim SAS.

Seorang petugas Special Boat Squadron (SBS) menulis, "Dia (kolonel) berusaha berulang kali meminta saya untuk menjelaskan kepada petugas (hadir di ruangan) mengapa keluarganya (Saifullah) ditahan, dan kemudian dibunuh oleh Inggris, tanpa ada bukti (kejahatan)."

Baca juga: Layanan Kesehatan Nasional Asal Inggris Ciptakan Aplikasi untuk Menekan Penyebaran Covid-19

Kolonel itu mengatakan bahwa tentaranya melaporkan bahwa tidak ada yang menembaki pasukan koalisi, tetapi warga sipil "tetap saja ditembaki".

Catatan petugas menambahkan, "Dia menyarankan bahwa 2 orang ditembak ketika berusaha melarikan diri, dan 2 orang lainnya dibunuh tepat sasaran setelah mereka ditahan dan digeledah."

Kematian dan perilaku SAS di Afghanistan menjadi perhatian Markas Besar di Inggris. Seorang komandan senior mendengar dari orang-orang tampaknya ada kebijakan dari SAS tentang "pejuang usia laki-laki ... bahkan ketika mereka tidak menimbulkan ancaman".

Dalam sebuah catatan ia juga mengatakan ada kekhawatiran kedua bahwa "jumlah kejadian dimana" kepala keluarga "B (pria Afghanistan) diundang untuk memimpin pembersihan kompleks dan kemudian dilibatkan, lalu dibunuh".

Pada bulan yang sama pada April 2011, seorang komandan pasukan khusus mengirim ulasan ke atasan tentang semua serangan SAS sejak Desember 2010 yang rinci, dan menimbulkan kekhawatiran karena jumlah orang yang terbunuh lebih tinggi daripada jumlah senjata yang sebenarnya ditemukan oleh SAS di tempat kejadian.

Dia menyimpulkan, "Dalam pandangan saya, ada cukup banyak hal di sini untuk meyakinkan saya bahwa kita sedang melakukan beberapa kesalahan saat ini."

Baca juga: Angka Kematian di Inggris Tertinggi Se-Eropa Selama Pandemi Covid-19

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com