Mereka melakukan penutupan sejumlah permukiman satu demi satu setiap hari. Segala makanan dan minuman yang masuk ke kota harus diperiksa. Bar juga diperintahkan ditutup.
Meski begitu, pusat perbelanjaan dan restoran di bagian lain kota yang tidak melaporkan adanya infeksi bakal diizinkan untuk buka.
Baca juga: Beijing Nyatakan Wabah Virus Corona Sudah Diatasi
Kota memfokuskan tenaga mereka pada pelacakan, dan dengan cepat mengisolasi siapa pun yang terpapar oleh virus corona.
Dari pintu ke pintu, relawan bergerilya untuk menanyakan kepada penduduk jika mereka terlibat kontak dengan penderita Covid-19.
Menggunakan teknologi kamera pengawas, setiap warga yang kendaraannya terlihat di dekat Xinfadi diperintahkan segera menjalani tes.
Leong Hoe Nam, pakar penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena Singapura berujar, China jelas berada di level berbeda dalam penanganan gelombang kedua.
"Tidak ada negara yang punya sumber daya, kemampuan, tekad, finansial, dan tentu saja kepatuhan tingkat tinggi, untuk melakukan ini selain China," jelasnya Leong.
Baca juga: Kasus Virus Corona Meningkat Lagi, Warga Beijing Khawatir
Ekonomi Negeri "Panda" mengalami dampak hebat ketika menerapkan lockdown ketat untuk menangkal penyebaran awal SARS-Cov-2.
Karena itu, kecil kemungkinan pemerintahan Presiden Xi Jinping akan mengambil langkah serupa untuk memberlakukan lockdown total.
"Negara ini jelas tidak akan mengikuti kebijakan pertama yang mereka terapkan kecuali penyebarannya sangat serius," kata Ekonom Senior IHS Markit. Yating Xu.
Bahkan ketika gelombang kedua mencapai puncaknya pada Juni, pemerintah Beijing masih mengizinkan hotel dan pariwisata tetap beroperasi.
Baca juga: Cegah Klaster Baru Corona, Beijing Uji Hampir 1 Juta Orang Tiap Hari
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.