BEIJING, KOMPAS.com - Ketika kasus virus corona kembali merebak di Beijing, banyak yang khawatir jika gelombang kedua bakal mendera China.
Namun, berkaca dari pengalaman yang sudah-sudah, pejabat setempat menggunakan pendekatan baru untuk mencegah penyebarannya.
Pemerintah China tidak menggunakan penutupan secara drastis, ketika Wuhan mengalami pandemi hebat virus corona pada awal tahun ini.
Baca juga: Beijing Nol Positif Corona, Otoritas Peringatkan Jangan Berpuas Diri
Tapi, mereka melakukan lockdown parsial di permukiman yang dianggap terdampak, dan melakukan tes massal, memantau setengah dari total populasi Beijing yang berjumlah 21 juta jiwa.
Pendekatan ini mulai membuahkan hasil, jika melihat jumlah kasusnya yang turun hingga menjadi satu digit pada awal Juli, dan nol sepanjang tiga hari terakhir.
Dilansir AFP Kamis (9/7/2020), berikut merupakan pendekatan yang dilakukan Negeri "Panda" untuk menghadapi gelombang penyebaran baru:
China berusaha mati-matian melindungi ibukotanya dari pandemi, di mana mereka mengarahkan penerbangan ke kota lain dan pengunjung wajib dikarantina dan diperiksa.
Hingga awal Juni, dengan kasus yang semakin sedikit, Beijing melonggarkan sejumlah aturan, termasuk tak mewajibkan warganya mengenakan masker.
Adalah 11 Juni, warga setempat maupun internasional kembali terkejut dengan lonjakan kasus virus yang bernama resmi SARS-Cov-2 itu.
Baca juga: Meski Masih Positif, Beijing Cabut Larangan Perjalanan
Dari 335 kasus yang terdeteksi, kebanyakan dilacak berasal dari Pasar Grosir Xinfadi, berlokasi di selatan ibu kota, yang langsung ditutup begitu wabah terjadi.
Ribuan orang langsung diperintahkan menjalani karantina, dengan 11 juta orang diinstruksikan mendapat pemeriksaan virus corona.
Pemerintah kota melarang perjalanan ke luar bagi warga di area berisiko tinggi, dengan setiap orang harus menunjukkan surat bebas Covid-19.
Otoritas masih mencari tahu penyebab lonjakan kasus. Tapi, tes awal menunjukkan sumber penyebaranya penyebarannya ada di papan pemotong untuk memproses salmon impor.
Baca juga: Kasus Baru Virus Corona di Beijing Kemungkinan dari Asia Tenggara dan Asia Selatan
Ketika wabah pertama kali menyebar di Wuhan, China langsung menerapkan lockdown ketat, dan meluas hingga Provinsi Hubei, membuat 60 juta penduduknya terisolasi.
Tapi ketika wabah kembali terjadi Juni lalu, pemerintah Beijing menggunakan apa yang disebut "pengendalian terkendali".
Mereka melakukan penutupan sejumlah permukiman satu demi satu setiap hari. Segala makanan dan minuman yang masuk ke kota harus diperiksa. Bar juga diperintahkan ditutup.
Meski begitu, pusat perbelanjaan dan restoran di bagian lain kota yang tidak melaporkan adanya infeksi bakal diizinkan untuk buka.
Baca juga: Beijing Nyatakan Wabah Virus Corona Sudah Diatasi
Kota memfokuskan tenaga mereka pada pelacakan, dan dengan cepat mengisolasi siapa pun yang terpapar oleh virus corona.
Dari pintu ke pintu, relawan bergerilya untuk menanyakan kepada penduduk jika mereka terlibat kontak dengan penderita Covid-19.
Menggunakan teknologi kamera pengawas, setiap warga yang kendaraannya terlihat di dekat Xinfadi diperintahkan segera menjalani tes.
Leong Hoe Nam, pakar penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena Singapura berujar, China jelas berada di level berbeda dalam penanganan gelombang kedua.
"Tidak ada negara yang punya sumber daya, kemampuan, tekad, finansial, dan tentu saja kepatuhan tingkat tinggi, untuk melakukan ini selain China," jelasnya Leong.
Baca juga: Kasus Virus Corona Meningkat Lagi, Warga Beijing Khawatir
Ekonomi Negeri "Panda" mengalami dampak hebat ketika menerapkan lockdown ketat untuk menangkal penyebaran awal SARS-Cov-2.
Karena itu, kecil kemungkinan pemerintahan Presiden Xi Jinping akan mengambil langkah serupa untuk memberlakukan lockdown total.
"Negara ini jelas tidak akan mengikuti kebijakan pertama yang mereka terapkan kecuali penyebarannya sangat serius," kata Ekonom Senior IHS Markit. Yating Xu.
Bahkan ketika gelombang kedua mencapai puncaknya pada Juni, pemerintah Beijing masih mengizinkan hotel dan pariwisata tetap beroperasi.
Baca juga: Cegah Klaster Baru Corona, Beijing Uji Hampir 1 Juta Orang Tiap Hari
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.