Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Baru Wabah Pes Muncul di Mongolia, China Langsung Siaga 3

Kompas.com - 06/07/2020, 13:34 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

BEIJING, KOMPAS.com - Satu kasus dari wabah pes yang muncul di Mongolia, langsung diwaspadai China dengan mengaktifkan level Siaga 3.

Sebagai negara tetangga China langsung bergerak cepat melakukan langkah pencegahan sedini mungkin.

BBC pada Senin (6/7/2020) memberitakan, penyakit ini muncul di sebuah kota wilayah otonomi Mongolia Dalam.

Baca juga: Kenapa Virus G4 Flu Babi Baru Berpotensi Jadi Pandemi? Ini 7 Alasannya

Satu kasus penyakit pes ini tercatat di Kota Bayannur dan pasiennya adalah seorang gembala. Dia sekarang dikarantina dan kondisinya stabil.

Kasus baru ini awalnya dilaporkan sebagai dugaan wabah pes pada Sabtu (4/7/2020) di sebuah rumah sakit di Urad Middle Banner, Kota Bayannur.

Namun belum diketahui secara pasti bagaimana pasien itu dapat terinfeksi pes.

Baca juga: Waspada Virus Flu Babi G4, Dr Fauci Peringatkan AS

Situasi ini membuat pihak berwenang China langsung mengeluarkan peringatan Siaga 3, level terendah kedua dalam sistem empat tingkat di "Negeri Panda".

Di Siaga 3, warga dilarang berburu dan memakan hewan yang bisa membawa wabah, dan menyerukan kepada publik untuk melaporkan dugaan kasus.

Wabah pes disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian, tetapi dapat diobati dengan antibiotik yang sudah banyak tersedia.

Baca juga: Pakar Sebut Virus Flu Babi G4 Cukup Berbahaya

Berbahaya tapi bisa diobati

Kasus-kasus penyakit pes dilaporkan muncul secara berkala di seluruh dunia.

Di Madagaskar ada lebih dari 300 kasus selama 2017.

Kemudian pada Mei tahun lalu, 2 orang di Mongolia meninggal karena pes. Mereka terinfeksi usai memakan daging mentah marmut.

Seorang petinggi Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Ulaanbaatar ibu kota Mongolia mengatakan kepada BBC, daging dan ginjal mentah marmut di sana dipercaya sebagai obat tradisional yang manjur.

Namun hewan pengerat itu termasuk pembawa wabah dan banyak dikaitkan dengan kasus-kasus wabah pes di negara itu. Berburu marmut juga merupakan tindakan ilegal.

Baca juga: Hati-hati, Virus G4 Flu Babi Jenis Baru Bisa Jadi Pandemi Lewat Cara Ini

Gejala pes ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening.

Di tahap awal gejalanya sulit dikenali, tapi setelah 3-7 hari biasanya menjadi seperti flu.

Akan tetapi wabah pes - yang juga dikenal sebagai Black Death - diyakini tidak akan menyebar luas ke seluruh dunia dan menjadi pandemi.

"Tidak seperti di abad ke-14, kita sekarang memahami bagaimana penyakit ini ditularkan," kata Dr Shanti Kappagoda, dokter penyakit menular di Stanford Health Care, yang menerangkannya ke situs berita Healthline.

Baca juga: Beijing Nyatakan Wabah Virus Corona Sudah Diatasi

"Kami tahu cara mencegahnya. Kami juga dapat merawat pasien yang terinfeksi dengan efektif menggunakan antibiotik."

Pada abad ke-14 Black Death menyebabkan sekitar 50 juta kematian di seluruh Afrika, Asia, dan Eropa.

Terakhir kali wabah ini memakan banyak sekali korban jiwa adalah di London pada 1665, yang menewaskan sekitar seperlima penduduk kota.

Kemudian pada abad ke-19, wabah ini kembali muncul di China dan India yang merenggut lebih dari 12 juta nyawa.

Baca juga: Meninggal di Usia 112 Tahun, Pria Tertua di Dunia Sempat Alami 2 Wabah Besar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com