Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Baru Wabah Pes Muncul di Mongolia, China Langsung Siaga 3

Sebagai negara tetangga China langsung bergerak cepat melakukan langkah pencegahan sedini mungkin.

BBC pada Senin (6/7/2020) memberitakan, penyakit ini muncul di sebuah kota wilayah otonomi Mongolia Dalam.

Satu kasus penyakit pes ini tercatat di Kota Bayannur dan pasiennya adalah seorang gembala. Dia sekarang dikarantina dan kondisinya stabil.

Kasus baru ini awalnya dilaporkan sebagai dugaan wabah pes pada Sabtu (4/7/2020) di sebuah rumah sakit di Urad Middle Banner, Kota Bayannur.

Namun belum diketahui secara pasti bagaimana pasien itu dapat terinfeksi pes.

Situasi ini membuat pihak berwenang China langsung mengeluarkan peringatan Siaga 3, level terendah kedua dalam sistem empat tingkat di "Negeri Panda".

Di Siaga 3, warga dilarang berburu dan memakan hewan yang bisa membawa wabah, dan menyerukan kepada publik untuk melaporkan dugaan kasus.

Wabah pes disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini dapat menimbulkan kematian, tetapi dapat diobati dengan antibiotik yang sudah banyak tersedia.

Berbahaya tapi bisa diobati

Kasus-kasus penyakit pes dilaporkan muncul secara berkala di seluruh dunia.

Di Madagaskar ada lebih dari 300 kasus selama 2017.

Kemudian pada Mei tahun lalu, 2 orang di Mongolia meninggal karena pes. Mereka terinfeksi usai memakan daging mentah marmut.

Seorang petinggi Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Ulaanbaatar ibu kota Mongolia mengatakan kepada BBC, daging dan ginjal mentah marmut di sana dipercaya sebagai obat tradisional yang manjur.

Namun hewan pengerat itu termasuk pembawa wabah dan banyak dikaitkan dengan kasus-kasus wabah pes di negara itu. Berburu marmut juga merupakan tindakan ilegal.

Gejala pes ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening.

Di tahap awal gejalanya sulit dikenali, tapi setelah 3-7 hari biasanya menjadi seperti flu.

Akan tetapi wabah pes - yang juga dikenal sebagai Black Death - diyakini tidak akan menyebar luas ke seluruh dunia dan menjadi pandemi.

"Tidak seperti di abad ke-14, kita sekarang memahami bagaimana penyakit ini ditularkan," kata Dr Shanti Kappagoda, dokter penyakit menular di Stanford Health Care, yang menerangkannya ke situs berita Healthline.

"Kami tahu cara mencegahnya. Kami juga dapat merawat pasien yang terinfeksi dengan efektif menggunakan antibiotik."

Pada abad ke-14 Black Death menyebabkan sekitar 50 juta kematian di seluruh Afrika, Asia, dan Eropa.

Terakhir kali wabah ini memakan banyak sekali korban jiwa adalah di London pada 1665, yang menewaskan sekitar seperlima penduduk kota.

Kemudian pada abad ke-19, wabah ini kembali muncul di China dan India yang merenggut lebih dari 12 juta nyawa.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/06/133415370/kasus-baru-wabah-pes-muncul-di-mongolia-china-langsung-siaga-3

Terkini Lainnya

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke