Sebuah delegasi Taliban yang beranggotakan 31 orang berada di Qatar untuk mengawasi penandatanganan oleh kepala politik mereka Mullah Abdul Ghani Baradar.
Kementerian luar negeri dari Pakistan, Indonesia, Uzbekistan dan Tajikistan datang menghadiri acara penandatanganan yang diadakan di Hotel Sheraton, Doha, Qatar.
Presiden Donald Trump mengatakan pada Jumat (28/02/2020) bahwa dalam kesepakatannya dia berjanji akan mengurangi pasukan militer AS di negara itu menjadi 8.600 orang dari 13 ribu setelah pekan-pekan kesepakatan.
Pengurangan jumlah pasukan akan terus bertambah jika Taliban benar-benar mengurangi kekerasan, situasi yang masih dalam penilaian dan pantauan AS.
Rakyat Afghanistan mengutarakan perasaan mereka, "Kami pantas mendapatkan perdamaian." Bagi jutaan warganya, kesepakatan damai itu merepresentasikan harapan berakhirnya pertumpahan darah.
"Perdamaian sebenarnya sederhana dan negara saya berhak mendapatkannya. Hari ini merupakan hari di mana kami mungkin akan melihat perubahan positif," ungkap Javed Hassan (38) seorang guru yang tinggal di pinggiran kota Kabul.
Anak Hassan terbunuh dalam ledakan bom yang dilakukan Taliban pada 2018. Sejak saat itu, dia kerap mengirimkan pesan kepada pemimpin dunia dan mendesak agar segera menghentikan perang di Afghanistan.
Namun meski begitu, kesepakatan damai masih belum dapat dipastikan mengingat tahap selanjutnya adalah bersepakat dengan pemerintah Afghanistan.
Baca juga: Gencatan Senjata AS-Taliban, Ini 4 Hal yang Perlu Anda Ketahui
Menteri pertahanan AS, Mark Esper tiba di Kabul pada Sabtu (29/02/2020). Dalam kesepakatannya dengan Taliban, Taliban menginginkan 5000 anggotanya dilepaskan dari penjara Afghanistan namun masih belum dapat dipastikan apakah pemerintah Afghan dapat mengabulkannya.
Juga terdapat keraguan apakah kesetiaan anggota Taliban kepada kelompok ektrem Islam mampu mengurangi kekerasan seperti yang disepakati dalam perjanjian.
Beberapa pemimpin Taliban yang tiba di Doha untuk penandatanganan mengatakan pihak mereka hendak meyakinkan bahwa AS dan pemerintah Afghan akan menerima segala kondisi yang ditetapkan kelompoknya.
Menteri pertahanan Afghanistan menginformasikan bahwa Taliban akan menyiapkan serangan brutal dengan merekrut 6000 anggota untuk melakukan bom bunuh diri jika kesepakatan dibatalkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.