Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Afghanistan: Kami Berhak Menikmati Kedamaian

Kompas.com - 29/02/2020, 20:09 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sebuah delegasi Taliban yang beranggotakan 31 orang berada di Qatar untuk mengawasi penandatanganan oleh kepala politik mereka Mullah Abdul Ghani Baradar.

Kementerian luar negeri dari Pakistan, Indonesia, Uzbekistan dan Tajikistan datang menghadiri acara penandatanganan yang diadakan di Hotel Sheraton, Doha, Qatar.

Presiden Donald Trump mengatakan pada Jumat (28/02/2020) bahwa dalam kesepakatannya dia berjanji akan mengurangi pasukan militer AS di negara itu menjadi 8.600 orang dari 13 ribu setelah pekan-pekan kesepakatan.

Pengurangan jumlah pasukan akan terus bertambah jika Taliban benar-benar mengurangi kekerasan, situasi yang masih dalam penilaian dan pantauan AS.

Rakyat Afghanistan mengutarakan perasaan mereka, "Kami pantas mendapatkan perdamaian." Bagi jutaan warganya, kesepakatan damai itu merepresentasikan harapan berakhirnya pertumpahan darah.

"Perdamaian sebenarnya sederhana dan negara saya berhak mendapatkannya. Hari ini merupakan hari di mana kami mungkin akan melihat perubahan positif," ungkap Javed Hassan (38) seorang guru yang tinggal di pinggiran kota Kabul.

Anak Hassan terbunuh dalam ledakan bom yang dilakukan Taliban pada 2018. Sejak saat itu, dia kerap mengirimkan pesan kepada pemimpin dunia dan mendesak agar segera menghentikan perang di Afghanistan.

Namun meski begitu, kesepakatan damai masih belum dapat dipastikan mengingat tahap selanjutnya adalah bersepakat dengan pemerintah Afghanistan.

Baca juga: Gencatan Senjata AS-Taliban, Ini 4 Hal yang Perlu Anda Ketahui

Menteri pertahanan AS, Mark Esper tiba di Kabul pada Sabtu (29/02/2020). Dalam kesepakatannya dengan Taliban, Taliban menginginkan 5000 anggotanya dilepaskan dari penjara Afghanistan namun masih belum dapat dipastikan apakah pemerintah Afghan dapat mengabulkannya.

Juga terdapat keraguan apakah kesetiaan anggota Taliban kepada kelompok ektrem Islam mampu mengurangi kekerasan seperti yang disepakati dalam perjanjian.

Beberapa pemimpin Taliban yang tiba di Doha untuk penandatanganan mengatakan pihak mereka hendak meyakinkan bahwa AS dan pemerintah Afghan akan menerima segala kondisi yang ditetapkan kelompoknya.

Menteri pertahanan Afghanistan menginformasikan bahwa Taliban akan menyiapkan serangan brutal dengan merekrut 6000 anggota untuk melakukan bom bunuh diri jika kesepakatan dibatalkan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tanggapi Pertemuan Putin-Xi Jinping, Gedung Putih: Bagus untuk Mereka

Tanggapi Pertemuan Putin-Xi Jinping, Gedung Putih: Bagus untuk Mereka

Global
Pasukan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera di Gaza

Pasukan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera di Gaza

Global
Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Penembakan di Afghanistan, 3 Turis Spanyol Tewas, 7 Lainnya Terluka

Global
[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

[POPULER GLOBAL] Spanyol Tolak Kapal Bawa 27 Ton Bahan Peledak | Pasokan Medis Tak Bisa Masuk Gaza

Global
WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com