Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat Mengajar Para Guru Pedalaman, Minim Listrik, Tanpa Internet

Kompas.com - 09/12/2022, 06:00 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Pengembangan literasi anak dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu bakat dan kemampuan siswa sesuai pengelompokan yang dilakukan.

Baca juga: Tanpa Hafalan, Ini Cara Guru Asal Jambi Buat Murid Paham Pelajaran

Sebagai contoh, pada saat mengajar bahasa Indonesia, guru akan membuat tiga kelompok yakni kelompok yang kemampuannya pada level membaca suku kata, kelompok mampu membaca kata, dan kelompok yang sudah bisa membaca kalimat.

Setelah mereka masuk dalam kelompok masing-masing, guru memberikan treatment sesuai dengan kebutuhan kelompok.

Sebagai contoh, kelompok suku kata menggunakan media gambar, kartu suku kata, dan kelompok suku kata untuk mendampingi mereka belajar dan meningkatkan kompetensi mereka.

Sementara itu, kelompok kata akan menggunakan permainan ular tangga dan kartu kata. Kemudian, kelompok yang sudah bisa membaca kalimat berarti lebih pada pemahaman, maka mereka diminta menyusun kartu kata acak yang sudah disiapkan.

Metode tersebut membawa banyak dampak positif bagi anak. Anak-anak menikmati proses belajar dan tidak merasa jenuh. Selain itu, kemampuan literasi anak juga semakin meningkat.

“Kami melihat bahwa siswa menikmati cara tersebut dan respons mereka sangat baik,” ujar Yunitha.

Baca juga: Ketua MRPTNI Prediksi Peserta SNPMB 2023 Bakal Melonjak

Perempuan yang merupakan salah satu Fasilitator Daerah (Fasda) pada Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) di Kabupaten Sumba Timur tersebut menambahkan, setelah kegiatan berkelompok, guru memberikan kesempatan untuk bercerita secara berpasangan.

Semua anak memiliki kesempatan untuk saling berbicara, sehingga kemampuan bahasa lisan anak juga semakin terlatih.

Langkah selanjutnya, anak akan diajari untuk menghasilkan produk sesuai minat dan bakatnya masing-masing, seperti kelompok yang senang menggambar dapat menceritakan pembelajaran lewat gambar dan menulis deskripsi sederhana.

Ada juga kelompok yang membuat peta konsep, kelompok yang senang menulis, produk yang dihasilkan berbentuk cerita.

Produk-produk yang mereka hasilkan dan media-media pembelajaran yang diperlukan di tempel pada pojok literasi, sehingga bisa diakses anak untuk belajar. Dengan demikian, anak-anak tidak merasa sedang belajar, tetapi menikmati belajar ketika mereka sedang bermain dan mengasah kemampuan literasinya.

“Setelah pojok literasi tersebut ada, anak malah tidak senang keluar. Lebih senang bermain di dalam kelas,” urai Yunitha.

Baca juga: Kisah Guru Asal Sumut, Menulis Banyak Buku hingga Jadi Idola Murid

Metode peningkatan literasi tersebut merupakan salah satu rekomendasi dari studi yang dibuat oleh Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi berkolaborasi dengan program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI).

Studi menemukan masih banyak siswa Indonesia yang belum menguasai keterampilan dasar literasi dan numerasi, maka dibutuhkan transformasi kurikulum.

"Perlu transformasi kurikulum, pengembangan kapasitas guru, serta perbaikan akses dan kualitas sumber daya pembelajaran dan infrastruktur," kata Direktur Program INOVASI, Mark Heyward.

Pada kesempatan yang sama, Kepala BSKAP Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan Esensi dari Kurikulum Merdeka Belajar yakni agar semua anak yang ada di Indonesia memiliki kesempatan untuk mencicipi pendidikan yang lebih baik.

Baca juga: SKB Jadi Cahaya untuk Siswa yang Putus Sekolah

Pendidikan akan memerdekakan manusia dan manusia merdeka adalah mereka yang bisa berdiri di atas kekuatannya sendiri.

"Salah satu hal penting untuk bisa mandiri yakni keterampilan belajar sepanjang hayat, life long learning. Pondasi dari life long learning yakni literasi membaca, literasi matematika, dan karakter-karakter yang esensial bagi setiap orang yang hidup di masyarakat," ujar Anindito.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com