Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Hafalan, Ini Cara Guru Asal Jambi Buat Murid Paham Pelajaran

Kompas.com - 07/10/2022, 07:11 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pelajaran IPS identik dengan hafalan. Hal itu menjadi keresahan Rohana Uli, guru sosiologi SMA Negeri 6 Jambi.

Menurutnya, belajar sosiologi dengan hafalan bukan cara yang baik karena murid tidak benar-benar paham apa yang dipelajari. Padahal, ada banyak konsep dalam pelajaran IPS yang perlu dipahami murid untuk bisa diterapkannya dalam kehidupan sosial.

“Di dalam pelajaran sosiologi itu banyak sekali konsep, dulu ketika kuliah saya juga kebingungan, saya tidak mau murid saya mengalami hal yang sama. Apalagi tidak semua suka menghafal. Belajar sosiologi itu harus belajar melalui pengalaman hidup,” kata Uli, sapaan akrabnya.

Baca juga: Kemendikbud Butuh 2,4 Juta Guru, Ini Mekanisme Seleksi PPPK Guru 2022

Uli lantas merancang pembelajaran yang secara utuh melibatkan pengalaman murid sehari-hari. Contohnya saat materi pola sosialisasi yang di dalamnya ada pembahasan "parenting".

Awalnya, Uli meminta muridnya menceritakan pola asuh orangtuanya masing-masing. Melalui berbagai pertanyaan yang reflektif, pada tahap ini murid sebenarnya sedang berusaha memahami hidupnya sendiri.

Kemudian, murid mendapatkan lembar kerja yang dapat digunakan untuk menguraikan detail pola sosialisasi tersebut.

“Misalnya ketika orangtua menerapkan aturan, apakah orangtua mengomunikasikan terlebih dahulu? Jika tidak berarti ini pola sosialisasi represif. Lalu ketika anak melakukan pelanggaran seperti apa reaksinya?,” jelas Uli saat jadi pembicara di Temu Pendidik Nusantara 9 pada Selasa (4/10/2022).

Dari informasi yang sudah tersusun pada lembar kerja, murid akan menyimpulkan sendiri seperti apa pola sosialisasi orangtuanya.

Baca juga: Komik hingga Flashmob, Ini Cara Guru Buat Pembelajaran Menyenangkan

Setelah itu Uli membimbing murid-muridnya untuk merefleksikan dampak positif dan negatif yang dirasakan.

Sehingga murid bisa memetakan tindakan pengasuhan seperti apa saja yang baik dan yang buruk.

“Pola yang berdampak buruk, kalau tidak diselesaikan bisa terbawa jadi pola asuh mereka ke depan. Ketika mereka jadi orang tua nanti, ini yang mereka rekam dan akan mereka wariskan ke anak mereka,” terang Uli yang merupakan alumnus Wardah Inspiring Teacher.

“Pada dasarnya pembelajaran sosiologi itu mempersiapkan murid-murid kita untuk peran masa depan. Maka kita harus memperbaiki apa yang salah ketika proses-proses kehidupan sebelumnya, termasuk hal ini adalah parenting,” lanjutnya.

Uli menegaskan, pembelajaran seharusnya bisa bermanfaat untuk kehidupan murid. Murid juga akan antusias belajar jika merasa apa yang mereka pelajari bisa membantu menyelesaikan masalah mereka di kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Kisah Guru Asal Sumut, Menulis Banyak Buku hingga Jadi Idola Murid

Untuk diketahui, Wardah Inspiring Teacher merupakan program pengembangan kompetensi guru hasil kolaborasi PT Paragon Technology and Innovation dan Yayasan Guru Belajar.

Pekan Temu Pendidik Nusantara 9 masih berlangsung hingga 8 Oktober 2022 Ratusan pembicara dari beragam latar belakang akan berbagi inspirasi mengajar dan pengembangan karier.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com